Senin, 11 Februari 2013

MAKALAH PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL


KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis pamjatkan atas kehadirat Allah SWT,karena atas segala rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.Sholawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita,nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan bagi kita semua di muka bumi ini.Makalah tentang Pendidikan Non Formal dan Informal  ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ungkapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Allah SWT,karena berkat rahmatr-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan  sebaik-baiknya
  2. Dr.Rulam Ahmadi, M.Pd  selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini
  3. Semua teman-teman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Matematika UNISMA semester 1,dan semua pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu –satu.

               Mudah-mudahan amal baik saudara semua mendapat pahala dari Allah SWT.Demikian pula penulis menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini penulis masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa,oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam perbaikan karya  ini.Akhirnya,mudah –mudahan Makalah Kemonotonan dan Kecekungan ini dapat bermanfaat.

Malang,06 November 2012



Penulis

ii


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
            I.1 Latar Belakang..........................................................................1
            I.2 Rumusan Masalah.....................................................................2
            I.3 Tujuan Penulisan.......................................................................2
            I.4 Kegunaan Penulisan..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3
A.    Konsep Pendidikan Non Formal dan Informal......................3
1.      Pendidikan Non Formal......................................................3
2.      Pendidikan Informal............................................................5
B.     Perbedaan Sistem Pendidikan Non Formal dan Informal.....7
BAB III PENUTUP.....................................................................................8
            III.1 Kesimpulan..............................................................................8
            III.2 Saran........................................................................................8
            III.3 Daftar pustaka........................................................................9











iii

BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang
Salah satu agenda utama bagi pembangunan nasional adalah sektor pendidikan. Melalui pendidikan negara dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berimplikasi pada kemajuan di berbagai bidang kehidupan lainnya, seperti:  sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Karena itulah pemerintah harus memenuhi hak setiap warga dalam memperoleh layananan pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan tidak hanya berperan besar dalam kemajuan bangsa, melainkan juga berkaitan dengan pasar bebas yang semakin kompetitif, pendidikan hendaknya dipandang dapat mengakomodir masyarakat agar suatu negara memiliki manusia-manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan dapat menciptakan tenaga kerja yang tidak hanya kaya akan pengetahuan teoritis melainkan juga praktis, penguasaan teknologi, dan memiliki keahlian khusus. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar pengevaluasian dan peningkatan pendidikan di setiap negara  secara berkesinambungan.
Melihat sedemikian penting peranan pendidikan, kemunculan pendidikan non formal dapat dipandang sebagai salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf pendidikan penduduk di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Konsep awal dari Pendidikan Non Formal ini muncul sekitar akhir tahun 60-an hingga awal tahun 70-an dalam bukunya Philip Coombs dan Manzoor A., P.H. (1985)
Dalam GBHN TAP MPR (Garis Besar Haluan Negara Ketetapan MPR) dinyatakan:
“Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.”
Hal ini berarti setiap manusia Indonesia diharapkan supaya selalu berkembang sepanjang hidup dan di lain pihak masyarakat dan pemerintah diharapkan agar dapat menciptakan situasi yang menantang untuk belajar. Prinsip ini berarti masa sekolah bukanlah satu-satunya masa bagi setiap orang untuk belajar melainkan hanya sebagian dari waktu belajar yang akan berlangsung seumur hidup.


1
Konsep pendidikan seumur hidup merumuskan suatu asas bahwa pendidikan adalah suatu proses yang terus menerus (continue) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep ini sesuai dengan konsep Islam seperti yang dicantumkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW yang menganjurkan belajar dari buaian hingga liang lahad (pintu kubur).
Sebenarnya ide pendidikan seumur hidup telah lama dalam sejarah pendidikan, tetapi baru populer sejak terbitnya buku Paul Langerend “An Introduction to Life Long Education” (sesudah Perang Dunia II) kemudian diambil alih oleh Internaional Comission on The Development of Education (UNESCO).
Istilah pendidikan seumur hidup (long life integrated education) tidak dapat diganti dengan istilah-istilah lain sebab isi dan luasnya (scope-nya) tidak persis sama seperti istilah out of school education, continuing education, adult education, further education, rewirent education.

I.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana konsep pendidikan non formal dan informal?
- Bagaimana perbedaan sistem pendidikan non formal dan informal?

I.3 Tujuan Penulisan
Menjelaskan gambaran mengenai pendidikan non-formal dan pendidikan informal hubungan antara seseorang yang telah menempuh pendidikan non formal dengan kualifikasinya di dalam dunia kerja.

I.4 Kegunaan Penulisan
            Penulis membuat makalah ini mengharapkan agar memberi manfaat bagi semua pihak, baik bagi penulis, mahasiswa dan pembaca.
Hasil penulisan ini juga diharapkan manambah pengetahuan bagi para mahasiswa tentang pendidikan seumur hidup baik non formal, informal
.










2
BAB II
PEMBAHASAN


A.KONSEP PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
1.Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal menurut Philip H. Choombs ialah pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dan istilah ini yang digunakan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 10 ayat 1.
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan (non formal) adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini, tenaga, pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai serta komponen-komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta atau peserta didik supaya mendapatkan hasil yang memuaskan.
Bagi masyarakat Indonesia yang dipengaruhi sistem pendidikan tradisional, cara seperti ini lebih mudah dalam daya tangkap masyarakat dan mendorong rakyat untuk belajar karena keadaan ini sesuai dengan keadaan lingkungan.
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan bersifat fungsional dan praktis serta pendekatannya lebih fleksibel. Calon peserta didik (raw-input) pendidikan luar sekolah dilembagakan yaitu:
a. penduduk usia sekolah yang tidak pernah mendapat keuntungan/kesempatan memasuki sekolah.
b. Orang dewasa yang tidak pernah bersekolah.
c. Peserta didik yang putus sekolah (drop out), baik dari pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi.
d. Peserta didik yang telah lulus satu sistem pendidikan sekolah tetapi tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi.
e. Orang yang telah bekerja, tetapi ingin menambah keterampilan lain.
Di samping pendidikan yang fleksibel, hendaknya dapat pula digunakan pendekatan yang luas dan terintegrasi agar siapa saja dapat belajar lebih lanjut berdasarkan keterampilan pertama yang telah mereka peroleh. Serta mengisi segala kekuangan yang menghambat usaha mereka ke arah hidup yang lebih baik. Dengan kata lain, pendidikan luar sekolah yang dilembagakan dapat memperkuat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan.

Pengertian Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar (sengaja) dilakukan tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap/ tidak terikat oleh jenjang pendidikan __seperti pendidikan formal di sekolah.



3
Pendidikan non formal pada umumnya dilaksanakan tidak dalam lingkungan fisik sekolah. Maka dari itu dapat diidentikkan dengan pendidikan luar sekolah.

Sasaran pokok pendidikan non formal adalah anggota masyarakat. Program-programnya dibuat sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas dan tetap menarik minat para konsumen pendidikan.
Berdasarkan penelitian di lapangan, pendidikan non formal sangat dibutuhkan oleh anggota masyarakat yang belum sempat mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal karena sudah lewat umur atau terpaksa putus sekolah karena suatu hal.
Tujuan terpenting dari pendidikan non formal adalah program-program yang ditawarkan kepada masyarakat harus sejalan dengan program-program pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak.[1]
Pendidikan non formal juga berarti suatu kegiatan pendidikan di luar keluarga dan di luar sekolah yang kegiatan-kegiatannya ditujukan kepada :
1.  Anak-anak yang belum pernah sekolah.
2.  Anak-anak yang meninggalkan pendidikan SD/ SLTP dan tidak meneruskan sekolah lagi (di bawah umur 18 tahun).
3.  Orang-orang dewasa (adult education)
4.  Anak-anak di bawah umur 18 tahun yang memerlukan re-edukasi.
5.  Orang-orang dewasa yang memerlukan re-edukasi.
6.  Masyarakat sebagai satu lingkungan budaya (comunity education).
               Macam-macam pendidikan itu dapat dikelompokkan sebagai program kegiatan pendidikan luar sekolah yang terorganisir yaitu :
1.Pendidikan masyarakat adalah pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, termasuk pemuda di luar batas umur tertinggi kewajiban belajar, dan dilakukan di luar lingkungan dan sistem pengajaran sekolah biasa.
2.Pendidikan kemasyarakatan adalah konfirmasi antara kedewasaan yang diwakili pendidik dan kebelum dewasaan yang diwakili oleh anak didik yang berdiri sendiri. Atau dikatakan sebagai pendidikan yang meliputi bagian pendidikan yang mempersiapkan anak-anak untuk tugasnya sebagai penghasil dan sebagai pemakai.
3. Pendidikan rakyat adalah tindakan-tindakan pendidikan atau pengaruh yang kadang-kadang mengenai seluruh rakyat, tetapi biasanya khusus mengenai rakyat lapisan bawah.
4. Mass Education adalah pendidikan yang diberikan ke orang dewasa di luar sekolah, yang bertujuan memberikan kecakapan baca tulis dan pengetahuan umum untuk dapat mengikuti perkembangan dan kebutuhan hidup sekelilingnya. Dalam hal ini termasuk pula latihan-latihan untuk mendidik calon pemimpin yang akan mempelopori pelaksanaan usahanya di dalam masyarakat.
5. Adult education (pendidikan orang dewasa) adalah usaha atau kegiatan yang pada umumnya dilakukan dengan kemauan sendiri (bukan dipaksa dari atas) oleh orang dewasa, termasuk pemuda di luar batas tertinggi masa kewajiban belajar dan dilangsungkan di luar lingkungan sekolah biasa.




4
6. Extention education adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di luar lingkungan sekolah biasa, diselenggarakan oleh perguruan-perguruan tinggi untuk mengimbangi hasrat masyarakat yang ingin menjadi peserta aktif dlm pergolakan jaman.
7.  Fundamental education adalah menolong masyarakat untuk mencapai kemajuan sosial ekonomi agar dengan demikian mereka dapat menduduki tempat yang layak dalam dunia modern.
Sedangkan perjalanan kegiatan pendidikan non formal yang dilakukan di luar sekolah dan di luar keluarga itu berbentuk antara lain : kepanduan (pramuka), perkumpulan-perkumpulan pemuda dan pemudi, perkumpulan olah raga dan kesenian, perkumpulan-perkumpulan sementara, perkumpulan-perkumpulan perekonomian, perkumpulan-perkumpulan keagamaan dan lain sebagainya.
Di kalangan masyarakat, program-program pendidikan non formal sering dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh dinas pendidikan masyarakat, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga (tim penggerak PKK), pada tingkat kelurahan dibina oleh para lurah/ kepala desa. Di luar itu organisasi-organisasi wanita seperti dharma wanita dalam program bakti sosial kepada masyarakat acapkali melaksanakan program-program dalam bentuk paket program pendidikan non formal.

2. Pendidikan Informal
Pendidikan informal (pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan) adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada umumnya tidak teratur dan tidak sistematis sejak seorang lahir sampai mati, seperti dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau dalam pergaulan sehari-hari.
Walaupun demikian, pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seseorang karena dalam kebanyakan masyarakat pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan berperan penting melalui keluarga, masyarakat, dan pengusaha.
Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap manusia. Seseorang lebih banyak berada dalam rumah tangga dibandingkan dengan di tempat-tempat lain. Sampai umur 3 tahun, seseorang akan selalu berada di rumah tangga. Pada masa itulah diletakkan dasar-dasar kepribadian seseorang. Dalam hal ini psikiater kalau menemukan penyimpangan dari kehidupan seseorang akan mencari sebab-sebabnya pada masa kanak-kanak seseorang itu.

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman dalam hidup sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang lahir sampai ke liang kubur di dalam lingkungan keluarga, masyarakat atau dalam lingkungan pekerjaan sehari-hari. Contoh pengemudi becak. Bagi pengemudi becak, jelas tidak ada pendidikan formalnya. Jika seseorang pertama kali mencoba mengemudi (mengendalikan becak), ia akan menemui kesulitan.






5
Kalaupun ada temannya yang baik hati, ia pun akan mengatakan lebih kurang cara memegang kemudi begini. Seterusnya sikap calon pengemudi becak itu akan berjalan sendiri menjalankan becak di satu tanah lapang atau di jalan yang lengang.



Berdasarkan naluri dan pengalaman yang didapat dari kegiatan sehari-hari, ia merasakan lebih mantab mengendalikan becak. Atas dasar ini sebenarnya abang becak tadi telah mendapat pendidikan informal dalam mengemudikan becak.
Contoh lain adalah calon tukang sado (delman), yang tentu tidak ada sekolah pengemudi sado, dokar atau delman. Mereka akan mendapatkan pendidikan informal berkat ketajaman naluri keberanian bertindak dan ketekunan dalam kegiatan sehari-hari sebagai tukang sado. Hanya akan terjadi perbedaan antara tukang sado dengan tukang becak yaitu kalau tukang sado dengan menghadapi makhluk bernyawa seperti kuda, lebih dahulu ia harus mengadakan pendekatan batin dengan kuda sebagai patnernya. Kontak batin dengan kudanya itulah maka ia akan mendapatkan nilai-nilai pendidikan informal yang sangat membantu kehidupannya sehari-hari. Singkat kata, dari pengalaman-pengalaman dalam aktifitas sehari-hari itulah tukang sado akan mereguk esensi pendidikan informal dalam sektor persadoan. 
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan dimulai dari persiapan pendidikan (sebelum anak lahir), kemudian dilakukan pendidikan informal dalam keluarga (setelah anak lahir) oleh orang tua, pada masanya anak memasuki pendidikan formal di sekolah dan selebihnya kegiatan pendidikan berjalan di luar keluarga dan sekolah yaitu dalam masyarakat, sehingga dengan demikian mengingatkan kita bahwa pada dasarnya manusia itu hendaknya memperoleh pendidikan selama hidupnya. Inilah yaitu mungkin dikenal dengan asas baru dalam dunia pendidikan sebagai “Pendidikan Seumur Hidup” (life long education) yang di negara Canada dikenal dengan “Life Long Learning” dan di Amerika dikenal dengan “Continuing Education”.















6
B. PERBEDAAN SISTEM PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
                 
                 Perbedaan sistem antara pendidikan non formal dan informal dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

KETERANGAN
PENDIDIKAN NON FORMAL
PENDIDIKAN INFORMAL
Tempat berlangsung
Dapat di luar dan di dalam sekolah
Di mana saja seseorang berada
Syarat untuk mengikuti
Kadang-kadang ada namun tidak memegang peranan yang penting
Tidak ada
Jenjang pendidikan
Biasanya tidak ada
Tidak ada
Program
Ada program tertentu
Tidak ada
Bahan pelajaran
Praktis dan khusus
Tidak ada yang ditentukan
Lama pendidikan
Relatif singkat
Sepanjang hidup
Usia yang menjalani
Tidak perlu sama
Sepanjang hidup
Penilaian
Ada juga, biasanya diberi ijazah atau keterangan
Tidak ada ujian atau penilaian sistematis
Penyelenggaraan
Pemerintah atau swasta
Tidak ada badan tertentu
Metode mengajar
Dapat mengikuti metode tertentu, walaupun tidak selalu
Tidak ada
Metode mengajar
Tidak selalu mempunyai ijazah untuk pengajar
Tidak ada
Administrasi
Ada walaupun tidak begitu uniform
Tidak ada
Ditinjau sejarah
Lebih tua dari pendidikan formal
Sejak ada manusia di dunia ini












7

BAB III
PENUTUP


III.1 Kesimpulan
Tidak semua orang yang telah menempuh pendidikan non-formal akan memenuhi kualifikasi dalam dunia kerja. Terdapat beberapa unsur sebagai indikator yang mempengaruhi kualifikasi dirinya dalam dunia kerja. Yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Setiap pendidikan non-formal tidak memiliki standar yang sama yang   menurut Bowles dan Gintis, biasa disebut dengan legitimacy inequality. Ketika lembaga tersebut memiliki perijinan, maka selain mendapatkan sertifikat resmi, lembaga tersebut juga akan mudah dalam bekerja sama dengan lembaga lain Hal itu lah yang akan membuat lembaga tersebut akan lebih menghasilkan orang-orang yang lebih kompeten dalam dunia kerja.



III.2 Saran
Ketika kita hendak menempuh pendidikan non formal maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memilih lembaga yang memiliki perizinan. Lembaga pendidikan non formal yang tidak memiliki izin tidak akan memiliki sertifikat yang diakui. Dalam hal ini, lembaga pendidikan non formal yang tidak memiliki izin operasi akan kurang menunjang peserta didiknya untuk memperoleh akses yang lebih besar dalam memenuhi kualifikasi pekerjaan.
Selain itu, di dalam lembaga pendidikan nonformal selain harus memiliki syarat perijinan, sebaiknya juga memiliki staf pengajar yang berkualitas, dan prasarana yang mendukung pendidikan, sehingga pada akhirnya kita akan mendapatkan kompetensi yang lebih baik daripada orang yang tidak menempuh pendidikan yang nonformal.


8
DAFTAR PUSTAKA



Anshari, H.M Hafi. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional, 1982.
Indra Kusuma, Amir Daien. Pengantar Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis. Surabaya : Usaha Nasional, 1973.
Noor, H.M Arifin. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, 1999.








































9

3 komentar:

  1. Suatu makalah pembahasan Pendidikan formal dan non formal yang cukup lengkap. Kedua jenis pendidikan tersebut sama pentingnya untuk membentuk karakter seseorang

    BalasHapus
  2. neng ko ga ada footnotnya yaah

    BalasHapus
  3. mo liat tulisan apa poto dek? hihihihi

    BalasHapus