Selasa, 12 Februari 2013

Perdamaian di Hari Kiamat


Assalamualaikum...

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk, tiba-tiba kami melihat beliau tersenyum sehingga gigi seri beliau terlihat. Lantas Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada beliau, ‘Apakah gerangan yang membuat Anda tersenyum wahai Rasulullah?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ada dua laki-laki di kalangan umatku yang berlutut di hadapan Rabbul Izzah. Salah satunya berkata, ‘Ya Rabb! Ambilkan (pahala) untukku atas kezhaliman yang dilakukan oleh saudaraku pada diriku.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Bagaimana engkau akan lakukan hal tersebut terhadap saudaramu, padahal tidak ada sedikit pun amal kebaikan yang masih tersisa pada dirinya.’ Dia berkata, ‘Hari itu adalah hari yang agung, hari-hari ketika orang-orang butuh agar dosa-dosanya dipikulkan.’ Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada lelaki yang memohon tersebut, ‘Angkatlah pandangan matamu dan lihatlah!’ Dia pun mengangkat pandangan matanya. Dia berkata, ‘Ya Rabb! saya melihat beberapa kota dari emas dan gedung-gedung dari emas yang bermahkotakan mutiara. Untuk nabi siapakah ini semua, atau untuk orang jujur yang manakah ini semua, atau untuk orang yang mati syahid mana ini semua?’ Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab, ‘Bagi orang yang memberikan tiketnya.’ Dia bertanya lagi, ‘Ya Rabb! Siapa yang dapat memiliki tiketnya?’ Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab, ‘Kamu dapat memilikinya.’ ‘Dengan apa?’ lanjutnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Dengan memaafkan saudaramu.’ Dia berkata, ‘Sungguh, saya memaafkan saudaraku.’ Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Peganglah tangan saudaramu! Bawalah dia masuk ke dalam surga!’

Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan ketika itu, ‘Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mendamaikan di antara kaum muslimin’.”


diposting oleh ustadz YM dalam FB

jeritan tangisan iblis

JERITAN TANGISAN IBLIS

Dalam Kitab Al Jami' Liahkam Al-Qur'an karya Imam Al Qurthubi dijelaskan bahwa ada 3 hal yang bisa menyebabkan iblis menangis dengan sekeras-kerasnya.

PERTAMA, Ketika diturunkannya Surat Al Fatihah, yang mana surat ini adalah surat yang paling afdhol di dalam Al-Qur'an. Jadi dimanapun dan kapanpun surat al fatihah dibaca, iblis laknatullah akan menjerit dan menangis.

KEDUA, Kelahiran Nabi Muhammad SAW, makhluk yang paling mulia sejagad raya. Karena berkat bimbingan Beliau, orang yang sudah memiliki dosa setumpuk gunung bisa terhapus dosanya hanya dengan mengucapkan syahadat saja.

Sebagai contoh saja, pada zaman Rasulullah SAW ada orang yang tua renta kisaran berumur 100 tahun lebih mengadu kepada Rasulullah SAW.

"Ya Rasulullah, apakah agamamu bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah aku perbuat, yang mana dosaku setumpuk gunung, berzina, mabuk, berjudi dan sebagainya dan kalau dikumpulkan akan melebihi dosa orang yang paling banyak dosanya di muka bumi ini," kata orang tua itu.

"Bisa," jawab Rasulullah SAW

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya orang tua itu.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
"Ucapkanlah Syahadat."

Kemudian orang tua itu pergi menuju rumahnya.

Selang 3 hari kemudian terdengar kabar kalau orang tua itu meninggal dunia dan Rasulullah SAW pun bersabda,

"Orang tersebut termasuk golongan orang yang masuk surga."

KETIGA, Ucapan salam.

Ternyata ucapan salam dari seorang mukmin pada mukmin lainnya bisa membuat iblis menangis dengan kerasnya.

Hal ini seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, Ibnu Abbas berkata, "Sesungguhnya iblis yang terkutuk itu akan menangis pada saat seorang mukmin bersalam dan dia (iblis) berkata, "Aduh, celakanya, kedua mukmin itu tidak akan berpisah melainkan akan diampuni dosa-dosanya."

Rasulullah SAW sendiri sangat menekankan ucapan salam bagi seorang mukmin sebelum perkataan lain diucapkan. Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,

"Barangsiapa yang berbicara sebelum memberi salam, maka janganlah kamu jawab."

Hadits lainnya ada yang mengatakan. Rasulullah SAW bersabda,
"Orang yang berkendaraan hendaklah memberi salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan kaki hendaklah memberi salam kepada orang yang duduk, dan orang yang sedikit hendaklah memberi salam kepada orang yang banyak."

Itulah 3 hal yang bisa membuat iblis menangis denga keras. Sungguh sangatlah beruntung kita ini dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW


diposting oleh ustadz yusuf mansur dalam fb

makalah analisis sastra


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
            Karya sastra adalah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dalam lingkungan pengarang maupun dari luar lingkungan pengarang dengan daya imajinasi pengarang dalam mengungkapkan pikiran dan keinginannya. Dapat dikatakan bahwa sastra tidak terlahir dari kekosongan, tetapi sastra lahir dari tanggapan diri pengarang ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan. Pengalaman dan refleksi batin atas hal tersebut terlahir dalam karya sastra (Najid, 2003:9).
            Sastra adalah cermin kehidupan. Sastra merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah kenyatan budaya (Damono dalam Najid, 2003:9).
            Dalam pembuatan sebuah karya sastra, pengarang tidak hanya mengandalkan realita sosial yang diamatinya saja, tetapi pengarang juga melibatkan apa yang dirasakannya dan apa yang ditafsirkannya tentang kehidupan, dan juga proses kreatif pengarang yang bersumber dari dalam diri pengarang itu sendiri. Salah satu contohnya adalah keadaan psikologis pengarang dalam proses pembuatan karyanya. Hal ini bisa dilihat ketika pembaca sudah menikmati karya sastra dari seorang pengarang dan menginterpretasikan karya tersebut untuk lebih memahami pengarang. Karya sastra merupakan ekspresi ambang ketaksadaran penulis atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Dalam kaitan ini karya sastra dapat dipakai sebagai cermin memendang sisi psikologis pengaranga (Najid, 2003:48-49). Dari gambaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan penulis dalam karynya merupakan penggambaran dari penulis itu sendiri dan juga sebagai spionase dari realita sosial yang ada di masyarakat secara umum maupun masyarakat dalam pengamatan penulis secara khususnya.
            Hal ini juga bisa dilihat dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu. Dalam novel ini, kita bisa melihat bagaimana sebenarnya keadaan psikologi tokoh utamanya yang merupakan cerminan dari keadaan psikologi penulis menurut pandangan peneliti. Hal ini tidak terlepas dari beberapa karya yang dihasilkan oleh Djenar yang selalu saja berkutat dengan seks, baik novel maupun cerpennya kebanyakan menceritakan kehidupan seseorang yang selalu terhimpit dengan masalah seks dan psikologi.

2. Permasalahan
            Dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu, psikologi dan seks adalah dua hal yang menjadi pokok penceritaan dan menjadi pokok masalah dalam karya tersebut. Dari batasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Bagaimanakah Id, Ego, dan Superego tokoh Nayla dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu dilihat dari teks dan wacana yang melingkupinya?

3. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Id, Ego, dan Superego tokoh Nayla dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu dilihat dari teks dan wacana yang melingkupinya.

4. Manfaat Penelitian
            Penelitian ini diharapakan mampu memberikan tambahan wawasan kepada pembaca dalam menganalisis sebuah karya sastra dari sudut psikologi dan menambah serta mengembangkan kemampuan pembelajaran sastra melalui kegiatan menganalisis sebuah karya sastra.

5. Definisi Operasional
            Pada penulisan makalah ini, istilah-istilah yang akan digunakan adalah:
  1. Id adalah bahan dasar pembentukan bagi pembentukan hidup psikis dan merupakan lapisan psikis paling dasar (Freud, 1980:xxxiii)
  2. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengaruh individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Koswara, 1991:33-34).
  3. Superego adalah sistem kepribadian yang berisiskan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (Freud, 1980:xxxiii).

B. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
1. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
            Penelitian tentang kajian yang berkaitan dengan teori psikoanalisis pernah dilakukan oleh Jaafar Abdul Rahim (2004) dengan judul Perjudian Menurut Nazrah Teori Psikoanalitik Klasik yang mempunyai simpulan bahwa novel ini memiliki teknik penceritaan yang begitu mudah, dan berbagai kemelut konflik jiwa yang terjadi pada tokoh utamanya yakni Pak Mat. Pak Mat mengalami berbagai konflik batin yang terlihat pada kematian orang-orang yang dicintainya dan juga banyak permasalahan yang harus ia hadapi sendiri, diantaranya perampasan hak tanah secara paksa yang dilakukan oleh kerajaan dan robohnya rumah miliknya oleh kakitangan pejabat tanah.
            Penelitian yang berkaitan denngan psikoanalisis juga pernah dilakukan oleh Setyo Yuwono Sudikan dalam makalahnya yang berjudul Novel Kenanga karya Oka Rusmini: Suatu Pendekatan Hermeneutik Freudian (2004). Simpulan penelitian ini adalah tokoh utamanya yaitu Kenanga menglami berbagai konflik batin, kecemasan, dan konflik psikis, ketidakberdayaannya menghadapi realitas di luar dirinya (lingkungannya). Namun tidak hanya Kenanga yang mengalaminya, tokoh-tokoh yang lain pun mengalaminya yang dinalisis melalui Id, Ego, dan Superego.
            Yang berbeda dari penelitian ini adalah fokus peneliti terhadap psikologi tokoh utama yaitu Nayla dilihat dari psikoanalisis Sigmund Freud.

2. Kerangka Teori
2.1 Teori Psikoanalisis
            Teori psikoanalisis yang dipakai pada penelitian ini mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Freud mengatakan bahwa kepribadian terbagi atas tiga aspek, yaitu: Id, Ego, dan Superego yang selalu ada dalam diri manusia. Perbedaan Id, Ego dan Superego yang membangun struktur akal pikiran manusia dalam pandangan Freud dapat dijelaskan sebagai berikut. Kesadaran dapat disesuaikan dengan sistem persepsi, mengamati, dan menyusun dunia luar, bawah sadar dapat diberikan kesadaran, manakala sadar dibangun pula berdasarkan hal-hal yang keluar dari sistem sadar bawah sadar (Sudikan, 2004:3).
            Dalam karya sastra, konflik-konflik yang dialami tokoh-tokohnya merupakan cerminan dari kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan pernah bisa lepas dari rasa bahagia, senang, sedih, dan juga rasa moral. Demikian juga pada karya sastra atau novel, yang diungkapkan oleh seorang pengarang adalah sebuah ungkapan kejiwaan yang tertampung dalam karya-karyanya.
            Menurut Freud (1991:83), kesedihan merupakan suatu proses yang sangat panjang dan kesulitan, ini diikuti dengan lenyapnya nafsu libido dan objek cinta yang meninggalkannya, dan diarahkan pada kesulitan yang lebih umum yang dialami oleh setiap orang saat meninggalkan posisi libido, melankolia juga sering ditimbulkan oleh kehilangan orang yang dicintainya, meskipun kehilangan tersebut mungkin disebabkan oleh penolakan atau ditinggalkan, bukan kematian.
            Dalam Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern, yaitu: psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik; behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif dan penurut terhadap stimulus lingkungan; psikologi humanistik yang muncul dengan menampilkan gambaran manusia yang berbeda dengan gambaran manusia dari psikoanalisis maupun behaviorisme yakni berupa gambaran manusia sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan.
            Koswara (1991:109) menyatakan bahwa kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang  berlainan jenis di lingkungan keluarga ataupun di loingkungan kehidupan masyarakat.
2.2. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud: Id, Ego, dan Superego
a. Konsep Id
            Freud (1980:xxxiii) menyatakan bahwa Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah: yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan yang direpresi. Id menjadi bahan dasar bagi pembentukan psikis lebih lanjut dan tidak terpengaruh oleh kontrol pihak ego dan prinsip realitas.
            Koswara (1991:32) mengatakan bahwa Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan.
            Id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera. Serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit (Koswara, 1991:33). Freud menambahkan bahwa pikiran autistic atau angan-angan sangat diwarnai oleh pengaruh proses primer, gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyatan yang dikenal Id.
            Jadi, Id merupakan sistem yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia . Id tidak membutuhkan perintah dari sistem yang lainnya karena Id akan bekerja secara otomatis.
b. Konsep Ego
            Menurut Freud (1980:xxxiii), ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktifitasnya bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan dikerjakan. Masih menurut Freud (dalam Koswara, 1991:34), ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
            Menurut Koswara (1991:33-34), ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyatan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Jadi dalam hal ini, ego merupakan alat pengarah menuju dunia objek dan menjalankan prinsipnya berdasarkan kenyataan dan merupakan hasil persinggungan dengan dunia luar atau realitas kehidupan.

c. Konsep Superego
            Menurut Freud (1980:xxxiii), superego dibentuk dengan melalui proses internalisasi dari nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figure yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Menurut Koswara (1991:34-35) fungsi utama superego adalah sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; menagrahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan mendorong individu kepada kesempurnaan.
           
C. METODE PENELITIAN
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
            Dalam penelitian ini, metode yang dipakai adalah metode hermeneutika. Metode hermeneutika adalah metode yang lebih menitikberatkan pada penafsiran pembaca terhadap karya sastra yang dibacanya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa karya sastra merupakan penyampaian pesan kepada pembaca yang bermedium bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan (Ratna, 2007:45).
            Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Meleong, 1998:3).
            Sedangkan, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra (Ratna, 2007:61).


2.      Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah sebuah novel yang berjudul Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2005 dengan tebal buku 180 halaman. Nayla adalah novel pertama Djenar dengan tema yang masih sama dengan karya-karyanya yaitu eksploitasi seks dan perempuan.

3.      Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah teks dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang lebih dititikberatkan pada teks yang berhubungan dengan tokoh dan penokohan serta alur cerita dan konflik-konflik yang terjadi di dalam novel tersebut sehingga apa yang menjadi pokok penelitian ini tercapai, yaitu menganalisis psikologi tokoh utama Nayla melalui teori Psikoanalisis Sigmund Freud.

4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini Menggunakan teknik dokumentasi dan telaah pustaka. Teknik dokumentasi digunakan karena data yang diperoleh dari sumber data oleh peneliti dicatat dan dianalisis untuk memudahkan proses penelitian. Sedangkan teknik telaah pustaka digunakan karena penelitian ini bersifat kajian teks. Teknik ini melalui observasi pustaka untuk mencari data dan menelaah berbagai pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah:
  1. Membaca dan memahami novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu
  2. Mencatat data yang sesuai dengan tujaun dan permasalahan dalam penelitian ini
  3. Mengklasifikasi dan menganalisis data yang sudah dicatat



6.      Prosedur Penelitian
Proses penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
  1. Tahap persiapan, meliputi penentuan teori yang akan digunakan, penentuan judul, penentuan metode dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini, studi pustaka dan juga proses bimbingan dengan dosen pengajar.
  2. Tahap pelaksanaan, meliputi pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisis data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
  3. Tahap pelaporan, yaitu berupa penyusunan laporan penelitian.

D. PEMBAHASAN/ ANALISIS DATA
1. Pengaruh Id Terhadap Tokoh Nayla
            Tokoh utama novel Nayla adalah Nayla. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya (Nurgiyantoro, 2002:176). Sedangkan menurut Najid (2003:23) tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam suatu cerita.
            Dalam novel Nayla, yang menjadi tokoh utama adalah Nayla, karena tokoh ini merupakan pusat penceritaan dan memiliki peran penting dalam suatu cerita. Tokoh Nayla adalah anak seorang peerkanal terkenal dan ibunya adalah pelacur tingkat atas atau berkelas tinggi dan akhirnya dia menjadi seorang penulis terkenal. Dalam perjalanan hidupnya, Nayla selalu mengalami kesulitan dan dia merasakan betapa sulitnya memperoleh kebahagiaan seperti orang yang lain, hal ini diawali pada masa kecilnya. Hal ini bisa dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Kenapa saya harus terdampar di tempat sunyi ini ketika anak-anak sebaya yang lain sedang tertidur dibalik kehangatan selimut dan bermimpi? Kenapa saya harus mencari rasa aman lewat alcohol ketika anak-anak sebaya yang lain sudah merasa nyaman oleh segelas susu dan sekerat roti?” (hal 3).

Dari kutipan di atas, Nayla memeperoleh rasa aman dan nyaman yang berbeda dengan anak-anak yang lain, Dia memperoleh rasa aman dan nyaman lewat mabuk dan pergi ke diskotek. Meskipun demikian, dia tetap merasa sepi dan hidup sendiri denga segala kesulitan yang menghimpitnya dan dia tetap merasa nestapa walaupun dia lupa karena mabuk. Hal ini terlihat dari kutipan novel di bawah ini:
“ Kegaduhan ini, tetap saja terasa sepi…….. tak ada yang terlalu peduli…… hanya ada mabuk yang limbung. Hanya ada limbung yang lupa. Hanya ada lupa yang sejenak membuat bahagia. Tapi bagi saya, lupa tetaplah nestapa” (hal 3).

            Dari dua kutipan di atas, terlihat jelas bagaimana Nayla begitu ingin menjadi seorang anak yang normal yang selalu memperoleh kebahagian dengan cara yang normal dan dia begitu ingin segera lepas dari kesulitan yang selama ini selalau menghimpitnya dan menjalar di sela-sela hidupnya.

2. Pengaruh Ego terhadap Tokoh Nayla
            Sudah dijelaskan di depan bahwa ego adalah system kepribadian yang bertindak sebagai penagruh individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
            Dalam hal ini, Nayla mengalami suatu tekanan batin karena mengalami trauma yang mendalam dalam hidupnya karena perilaku yang dilakukan oleh ibunya terhadap dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya manster. Padahal ia ingin melihat ibu seperti seperti ibu-ibu lain yang biasa dilihatnya di sekolah atau pun di ruang tunggu dokter……Nayla ingin punya ibu, tapi bukan ibunya sendiri.” (hal 2)

Dari kutipan di atas, kita bisa lihat bahwa Nayla tidak ingin punya ibu, dia ingin diperlulakukan seperti anak-anak yang lain, dia ingin dimanja dan disayang dengan cara yang normal, bukan dengan cara disiksa dengan cara ditusuki vaginanya hanya karena ngompol. Karena trauma akan hal itu, Nayla begitu membenci sosok seoarang ibu.
            Nayla adalah seorang perempuan yang menganggap laki-laki itu sebagai binatang dan berotak kerdil. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“Otak laki-laki memang kerdil. Senggama bagi mereka hanya berkisar di seputar kekuatan otot Vagina” kata Juli.
Saya sependapat dengannya. Karena itu saya tak terlalu bangga ketika banyak tamu laki-laki dan juru musik yang lain yang menagku tergila-gila pada saya……. Mereka pasti bangga jika berhasil merobek selaput dara saya. Bodoh…” (hal 3).
Dari kutipan di atas, peneliti mengetahui bahwa Nayla menganggap laki-laki itu bodoh karena hanya menginginkan tubuhnya saja dan menganggap laki-laki itu seperti binatang karena laki-laki berpikiran seks itu hanya pelampiasan nafsu birahi saja.

3. Pengaruh Superego pada Tokoh Nayla
            Telah dijelaskan di depan, superego adalah system kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Nayla selalu merindukan sosok ayah, ketika dia sudah bertemu dengan ayahnya dia ingin berbakti kepadanya dan memberikan sesuatu yang terbaik kepada ayahnya. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ hari ini saya malas sekolah. Saya ingin menunggui Ayah di rumah. Walaupun dokter mengatakan kondisinya membaik, tapi ia masih terlihat lemah…..” (hal 19).

Dari kutipan di atas, terlihat jelas ketika ayahnya sakit dia ingin menunggui ayahnya walaupun dia harus bolos sekolah, karena dia ingin memperoleh kebahagian dan merasa tenang yang selama ini belum pernah dia rasakan ketika bersama ibunya walaupun dia tidak tahu seperti apa kebahagiaan itu yang penting dia merasa tenang. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ tapi saya merasa tenang di rumah ini. Bukan isapan jempol. Buktinya saya berhenti ngompol. Saya tak tahu seperti apa bahagia. Tapi saya yakin, saya sedang mengetuk di depan pintunya….” (hal 20).

            Walaupun trauma karena sering disiksa ibunya, Nayla tetap merindukan ibunya dan menganggapi ibunya adalah perempuan terhebat di dunia ini dan dia tetap mengagumi ibunya. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ saya gak tahu apakah tindaklan menulis surat ini akan memperburuk atau memperbaikai keadaan. Tapi saya gak ada maksud jelek sedikit pun. Saya Cuma ingin mengabari bahwa saya sudah mulai bisa hidup dengan hasil keringat saya sendiri”. (hal 53).
“ ia adalah perempuan terhebat yang pernah saya kenal. Ia laksana matahari yang tak akan pernah terjamah dan terjangkau” (hal 57).

Dari kuitipan di atas, Nayla ingin mengabari ibunya tentang keadaanya karena dia masih merasa dan memerlukan seorang ibu. Selain itu, bagi Nayla ibu adalah sosok yang akan selalu menginspirasi dia dalam mengahadapi setiap kesulitan dan kesendirian dalam hidupnya.

E. SIMPULAN
            Dari hasil penelitian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1.      Id dalam diri Nayla sangat mempengarahi keadaan psikologinya, karena dia selalu merasa sendiri dan selalu mengalami kesulitang yang berkepanjangan walaupan dia sudah berusaha untuk melupakan masa lalunya yang penuh dengan trauma dan siksa.
2.      Ego dalam dirinya telah membuat dirinya begitu membenci ibunya karena trauma akan siksa yang selalu dilakukan oleh ibunya. Selain itu, ego telah menghalangi dirinua untuk bisa menganggap laki-laki sebagai makhluk yang tidak hanya mementingkan seks saja dalam hidupnya.
3.      superego dalam dirinya telah mengantarkan dirinya untuk selalu bangga kepada ibunya dan menganggap ibunya sebagai perempun terhebat dan juga menghargai dan berbuat baik kepada ayahnya walaupun itu cuma singkat.

F. DAFTAR RUJUKAN
Koswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: Eresco
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: Unversity Press
Nurgiyantoro, Burhan. 1993. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Semi, M. Attar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa

Mengasuh Anak Secara Positif


Sungguh menakjubkan bagaimana orangtua yang bahagia dan positif akan menghasilkan anak yang tumbuh menjadi pribadi yang mempesona. Berikut ini adalah rahasia pengasuhan anak secara positif : 
1. Untuk membesarkan anak yang sehat dan bahagia, ajarilah anak untuk mencintai dan menyayangi dirinya sendiri. Caranya : Perhatikan diri Anda sendiri terlebih dahulu. Selalu sediakan waktu bagi diri Anda pribadi di tengah kesibukan harian Anda. Sediakan waktu bagi Anda untuk berolahraga, merawat diri, dan meluangkan waktu bagi pengembangan pribadi Anda. Sadarkah Anda bahwa orangtua yang tidak menghargai dirinya sendiri akan membesarkan anak dengan sifat serupa! 
2. Luangkan waktu yang berkualitas setiap hari. Talmud berkata "Setiap helai rumput punya malaikat yang membungkuk di atasnya dan berbisik,'Tumbuh, tumbuh'." Pemberian terindah dari orang dewasa adalah menjadi malaikat itu bagi seorang anak yang istimewa. Tunjukkan betapa Anda sungguh bergembira atas kehadirannya. Jadilah 'Ahli Gembira' bagi putra-putri Anda. Ubahlah waktu mengerjakan tugas harian menjadi momen yang berharga dan istimewa. Bernyanyi, memeluk, berbagi tawa dan cerita dapat membuat saat-saat biasa menjadi tak terlupakan. 

3. Jadilah pendengar yang baik. Hal ini bukanlah hal yang mudah bagi orangtua. Betapa sering orangtua menyela dan sibuk dengan nasehat-nasehat bahkan pada saat anak belum selesai berbicara? Simpanlah kekuatiran-kekuatiran Anda pada saat mendengarkan. Cobalah untuk mendengarkan anak Anda sepenuhnya tanpa menghakimi. Anda perlu menahan diri untuk tidak memikirkan atau memberikan pendapat Anda sendiri. Dengarkan mereka dengan hati yang terbuka dan penyayang. Lupakanlah diri Anda dan tempatkanlah diri Anda pada sudut pandang anak Anda. Ajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai ganti dari memberikan pendapat. Cara orangtua mendengarkan tanpa menghakimi akan membuat anak merasa diterima dan dimengerti. 
4. Seringlah tertawa, sebab kegembiraan itu menular! Anggaplah pada saat ini diri Anda terpilih untuk melakukan tantangan '30 hari tersenyum bersama keluarga' ! Anda akan menyaksikan keajaiban dari kegembiraan dan kasih sayang yang Anda bawa kepada orang-orang di sekitar Anda. Buatlah momen sehari-hari menjadi luar biasa berkat kegembiraan dan semangat yang Anda bawa ke dalamnya. 5. Berilah pengakuan dan penghargaan. Latihlah mulai dari diri Anda sendiri untuk memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan, bahkan yang paling kecil sekalipun, yang telah Anda lakukan hari ini. 'Pagi ini saya berhasil bangun lebih pagi untuk berolahraga', 'Setelahnya saya berhasil menyiapkan sarapan dan mengantarkan putra saya ke sekolah tanpa terlambat', 'Hari ini saya berhasil sabar menghadapi putra saya'. Ajarlah diri Anda untuk memberikan penghargaan yang tulus atas tugas-tugas sederhana yang Anda berhasil Anda selesaikan. Penghargaan ini akan memberi semangat baru dalam hidup Anda untuk menjalankan tugas yang lebih besar. Luangkanlah waktu 
5 menit bagi diri Anda setiap harinya untuk memikirkan dan menuliskan kesuksesan-kesuksesan yang telah Anda raih hari ini. Rasakanlah bagaimana hidup Anda berubah, nikmatilah semangat baru yang mengisi setiap kegiatan Anda. Bagikanlah penghargaan ini juga kepada anak-anak Anda. Berikanlah pujian, pengakuan dan penghargaan yang tulus kepada mereka. Ingat, penghargaan yang baik menekankan pada tindakan, bukan pada prestasi yang dicapai. Ungkapkan penghargaan Anda secara antusias, sungguh-sungguh, dan penuh cinta. 'Horeee…putriku ingat membereskan tempat tidur. Hip, hip, horee…ia bahkan membantu ibu menyapu lantai!' Berikan pelukan terbesar yang dapat diterimanya. Pengakuan dan pujian yang tulus mempunyai kekuatan untuk mengubah! 
6. Disiplinkan anak dengan hormat. Ajarkanlah anak turut bertanggung jawab atas tugas-tugas rutin dalam rumah tangga. Anak yang secara aktif turut dilibatkan dalam tugas rutin dalam rumah tangga pada masa dewasanya akan memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar. Perbaiki kesalahan mereka dengan kelembutan namun Anda harus terus-menerus konsisten. Berikan konsekuensi yang wajar dari pelanggaran dengan tujuan untuk mengajarkan tanggung jawab. Janganlah memarahi apalagi mempermalukan anak di depan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat. Ajaklah mereka ke tempat sepi untuk berbicara hanya empat mata dengan Anda. Berikan pengertian sejelas-jelasnya mengapa tindakannya salah. Mintalah anak meminta maaf bila ia berbuat salah. Anda pun perlu meminta maaf kepada anak di saat-saat Anda bersalah atau melalaikan janji Anda kepada mereka. Disiplinkanlah anak tanpa menunjukkan kuasa dan kemarahan Anda, maka anak akan belajar tumbuh dengan pengendalian diri yang tinggi. Sampaikan pesan kepada mereka bahwa meskipun perilaku mereka masih perlu ditingkatkan, namun Anda sebagai orangtua tetap menyayangi dan menyukai mereka. 
7. Berilah ruang bagi putra-putri Anda untuk melakukan kesalahan. Ingatlah, bahwa setiap orang, apalagi seorang anak, berhak untuk melakukan kesalahan. Kesalahan merupakan bagian dari proses pembelajaran. Temukanlah kebaikan dalam kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan, maka anak Anda akan belajar untuk berani berjuang menghadapi tantangan dan resiko. 
8. Jalani hidup Anda dengan nilai-nilai yang pasti: kejujuran, tanggung jawab, dan semangat saling membantu. Tunjukkanlah dalam keseharian Anda bagaimana Anda selalu konsisten dengan nilai-nilai ini. Libatkan juga putra-putri Anda dalam kegiatan sosial yang secara rutin Anda lakukan. Putra-putri Anda pun akan tumbuh dengan karakter positif yang kuat dalam diri mereka. 
9. Fokuskanlah perhatian Anda pada hal-hal yang berjalan benar. Milikilah keyakinan yang meneguhkan keluarga Anda di saat-saat sulit. Anak-anak Anda akan belajar menjadi pribadi yang optimis dan bersyukur setiap hari. Latihlah sikap positif dengan menemukan hal-hal positif dalam setiap hari Anda dan bersyukurlah atasnya selalu. Cintailah anak Anda dengan tulus tanpa syarat, dan ungkapkanlah besarnya kasih sayang Anda tersebut kepada mereka. Anak yang berada dalam kasih sayang yang tulus akan tumbuh dengan lebih bergembira, percaya diri, menyenangkan, serta dapat diandalkan.

makalah tujuan pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan dirasakan sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan disegala bidang. Oleh sebab itu perlu adanya pemahaman tentang dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam. Apabila kita telah memamahami dasar dan tujuan penulis yakin bahwa kita bisa memajukan pendidikan secara nasional.

Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan, karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Untuk itu maka kita harus benar benar memahami apa saja dasar pendidikan dan tujuan yang nantinya bisa dicapai.


.12 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka dapat di rumuskan permasalahan makalah ini yaitu agar kita bisa memahami Dasar Dan Tujuan Pendidikan secara Umum dan menurut pandangan Islam.


1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan :

    Untuk memahami Defenisi Pendidikan
    Untuk memahami Dasar Pendidikan
    Untuk memahami Tujuan Pendidikan






BAB II


PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan

Pendidikan memiliki definisi yang sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai sudut.

Definisi Umum

Pendidikan dapat diartikan sebagai Suatu metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara dan pembuatan mendidik

Menurut Undang-Undang

a.  UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 : Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

b.  UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Etimologi (Bahasa)

Bahasa Arab : berasal dari kata Tarbiyah, dengan kata kerja Rabba yang memiliki makna mendidik atau mengasuh. Jadi Pendidikan dalam Islam adalah Bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal anak didik sehingga bisa terbentuk pribadi muslim yang baik.

Bahasa Yunani : berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children)

Psikologi

Pendidikan adalah Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat.


2.2 Dasar Pendidikan

Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Hal ini lebih penting dikedepankan supaya tidak menjadi masyarakat berpendidikan yang tidak punya dasar pendidikan sehingga tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila kesempurnaan hidup tidak tercapai berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Dasar atau landasan pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :

Pandangan Islam

Al-qur’an.

Al-qur’an merupakan pedoman tertinggi yang manjadi petunjuk dan dasar kita hidup di dunia. Dalam Al-qur’an kita bisa menemukan semua permasalahan hidup termasuk pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Hadist

Hadist merupan pedoman kita setalah Al-qur’an, dengan demikian hadist juga merupakan dasar atau elemen dalam pendidikan.

Nilai-nilai Sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan Hadist.

Secara Umum

Religius

Merupaken elemen atau dasar pendidikan yang paling pokok, disini ditanamkan nilai nilai agama islam (iman, akidah dan akhlak)  sebagai suatu pondasi yang kokoh dalam pendidikan

Ideologis

Yaitu mengacu kepada ideologi bangsa kita yakni nya pancasila dan berdasarkan kepada UUD 1945. Dan intinya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ekonomis

Pendidikan bisa dijadikan sebagai suatu langkah untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan keluar dari segala bentuk kebodohan dan kemiskinan.

Politis

Lebih mengacu kepada suasana politik yang berlansung.

Teknologis

Dunia telah mengalami eksplosit ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan bisa dikatakan teknologi sangat memiliki peran dalam kemajuan dunia pendidikan.

Psikologis dan Pedagogis

Tugas pendidikan sekolah yang utama adalah mengajarkan bagaimana cara belajar, mendidik kejiwaan, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus-menerus sepanjang hidupnya dan memberikan keterampilan kepada peserta didik, mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik.

Sosial Budaya

Mengacu kepada hubungan antara individu dengan individu lainnya dalam suatu lingkungan atau masyarakat. Begitu juga hal nya dengan budaya, budaya masyarakat sangat berperan dalam proses pendidikan, karena budaya identik dengan adat dan kebiasaan. Apabila sosial budaya seseorang itu berjalan baik maka pendidikan akan mudah dicapai.


2.3 Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia.  Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum.

A. Tujuan Pendidikan Dalam Islam

Tujuan pendidikan islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk

    Pembinaan Akhlak
    Penguasaan Ilmu
    Keterampilan bekerja dalam masyarakat
    Mengembangkan akal dan Akhlak
    Pengajaran Kebudayaan
    Pembentukan kepribadian
    Menghambakan diri kepada Allah
    Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
B. Tujuan Pendidikan Secara Umum

Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.

2.Tujuan Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu  Meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan memepertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.

3.TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.











BAB III


PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari Uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa :

    Pendidikan menurut pandangan islam lebih dominan kepada pembentukan akhlak, akidah dan iman. Sedangkan secara umum pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan pengembangan kemapuan yang dimiliki. Apabila kedua hal ini digabungkan maka hasil dari pendidikan akan sangat maksimal dan menghasilkan peserta didik yang memiliki intelektual dan akhlak yang mulia.
    Dasar pendidikan menurut islam fokus kepada Al-qur’an dan hadist sedang secara umum dasar pendidikan juga lebih menitik beratkan ke dasar religius.
    Tujuan Pendidikan baik secara islam dan umum hampir memiliki kesamaan yaitu mendapatkan kesuksesan. Apabila digabungkan maka tujuan pendidikan adalah upaya untuk meraih kesuksesan hidup di dunia dan akherat.

3.2 Saran

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam baik secara islam maupun secara umum. .










DAFTAR PUSTAKA

Djaka Dt. Sati, Emma Zain, “Rangkuman Ilmu Mendidik”, Mutiara Sumber Widya Jakarta,     199
  H. Fuad Ihsan, “Dasar – Dasar Kependidikan” Rineka Cipta Bandung.