Selasa, 12 Februari 2013

makalah analisis sastra


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
            Karya sastra adalah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dalam lingkungan pengarang maupun dari luar lingkungan pengarang dengan daya imajinasi pengarang dalam mengungkapkan pikiran dan keinginannya. Dapat dikatakan bahwa sastra tidak terlahir dari kekosongan, tetapi sastra lahir dari tanggapan diri pengarang ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan. Pengalaman dan refleksi batin atas hal tersebut terlahir dalam karya sastra (Najid, 2003:9).
            Sastra adalah cermin kehidupan. Sastra merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah kenyatan budaya (Damono dalam Najid, 2003:9).
            Dalam pembuatan sebuah karya sastra, pengarang tidak hanya mengandalkan realita sosial yang diamatinya saja, tetapi pengarang juga melibatkan apa yang dirasakannya dan apa yang ditafsirkannya tentang kehidupan, dan juga proses kreatif pengarang yang bersumber dari dalam diri pengarang itu sendiri. Salah satu contohnya adalah keadaan psikologis pengarang dalam proses pembuatan karyanya. Hal ini bisa dilihat ketika pembaca sudah menikmati karya sastra dari seorang pengarang dan menginterpretasikan karya tersebut untuk lebih memahami pengarang. Karya sastra merupakan ekspresi ambang ketaksadaran penulis atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Dalam kaitan ini karya sastra dapat dipakai sebagai cermin memendang sisi psikologis pengaranga (Najid, 2003:48-49). Dari gambaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan penulis dalam karynya merupakan penggambaran dari penulis itu sendiri dan juga sebagai spionase dari realita sosial yang ada di masyarakat secara umum maupun masyarakat dalam pengamatan penulis secara khususnya.
            Hal ini juga bisa dilihat dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu. Dalam novel ini, kita bisa melihat bagaimana sebenarnya keadaan psikologi tokoh utamanya yang merupakan cerminan dari keadaan psikologi penulis menurut pandangan peneliti. Hal ini tidak terlepas dari beberapa karya yang dihasilkan oleh Djenar yang selalu saja berkutat dengan seks, baik novel maupun cerpennya kebanyakan menceritakan kehidupan seseorang yang selalu terhimpit dengan masalah seks dan psikologi.

2. Permasalahan
            Dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu, psikologi dan seks adalah dua hal yang menjadi pokok penceritaan dan menjadi pokok masalah dalam karya tersebut. Dari batasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Bagaimanakah Id, Ego, dan Superego tokoh Nayla dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu dilihat dari teks dan wacana yang melingkupinya?

3. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Id, Ego, dan Superego tokoh Nayla dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu dilihat dari teks dan wacana yang melingkupinya.

4. Manfaat Penelitian
            Penelitian ini diharapakan mampu memberikan tambahan wawasan kepada pembaca dalam menganalisis sebuah karya sastra dari sudut psikologi dan menambah serta mengembangkan kemampuan pembelajaran sastra melalui kegiatan menganalisis sebuah karya sastra.

5. Definisi Operasional
            Pada penulisan makalah ini, istilah-istilah yang akan digunakan adalah:
  1. Id adalah bahan dasar pembentukan bagi pembentukan hidup psikis dan merupakan lapisan psikis paling dasar (Freud, 1980:xxxiii)
  2. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengaruh individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Koswara, 1991:33-34).
  3. Superego adalah sistem kepribadian yang berisiskan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (Freud, 1980:xxxiii).

B. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
1. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
            Penelitian tentang kajian yang berkaitan dengan teori psikoanalisis pernah dilakukan oleh Jaafar Abdul Rahim (2004) dengan judul Perjudian Menurut Nazrah Teori Psikoanalitik Klasik yang mempunyai simpulan bahwa novel ini memiliki teknik penceritaan yang begitu mudah, dan berbagai kemelut konflik jiwa yang terjadi pada tokoh utamanya yakni Pak Mat. Pak Mat mengalami berbagai konflik batin yang terlihat pada kematian orang-orang yang dicintainya dan juga banyak permasalahan yang harus ia hadapi sendiri, diantaranya perampasan hak tanah secara paksa yang dilakukan oleh kerajaan dan robohnya rumah miliknya oleh kakitangan pejabat tanah.
            Penelitian yang berkaitan denngan psikoanalisis juga pernah dilakukan oleh Setyo Yuwono Sudikan dalam makalahnya yang berjudul Novel Kenanga karya Oka Rusmini: Suatu Pendekatan Hermeneutik Freudian (2004). Simpulan penelitian ini adalah tokoh utamanya yaitu Kenanga menglami berbagai konflik batin, kecemasan, dan konflik psikis, ketidakberdayaannya menghadapi realitas di luar dirinya (lingkungannya). Namun tidak hanya Kenanga yang mengalaminya, tokoh-tokoh yang lain pun mengalaminya yang dinalisis melalui Id, Ego, dan Superego.
            Yang berbeda dari penelitian ini adalah fokus peneliti terhadap psikologi tokoh utama yaitu Nayla dilihat dari psikoanalisis Sigmund Freud.

2. Kerangka Teori
2.1 Teori Psikoanalisis
            Teori psikoanalisis yang dipakai pada penelitian ini mengacu pada konsep Sigmund Freud tentang kepribadian. Freud mengatakan bahwa kepribadian terbagi atas tiga aspek, yaitu: Id, Ego, dan Superego yang selalu ada dalam diri manusia. Perbedaan Id, Ego dan Superego yang membangun struktur akal pikiran manusia dalam pandangan Freud dapat dijelaskan sebagai berikut. Kesadaran dapat disesuaikan dengan sistem persepsi, mengamati, dan menyusun dunia luar, bawah sadar dapat diberikan kesadaran, manakala sadar dibangun pula berdasarkan hal-hal yang keluar dari sistem sadar bawah sadar (Sudikan, 2004:3).
            Dalam karya sastra, konflik-konflik yang dialami tokoh-tokohnya merupakan cerminan dari kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan pernah bisa lepas dari rasa bahagia, senang, sedih, dan juga rasa moral. Demikian juga pada karya sastra atau novel, yang diungkapkan oleh seorang pengarang adalah sebuah ungkapan kejiwaan yang tertampung dalam karya-karyanya.
            Menurut Freud (1991:83), kesedihan merupakan suatu proses yang sangat panjang dan kesulitan, ini diikuti dengan lenyapnya nafsu libido dan objek cinta yang meninggalkannya, dan diarahkan pada kesulitan yang lebih umum yang dialami oleh setiap orang saat meninggalkan posisi libido, melankolia juga sering ditimbulkan oleh kehilangan orang yang dicintainya, meskipun kehilangan tersebut mungkin disebabkan oleh penolakan atau ditinggalkan, bukan kematian.
            Dalam Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern, yaitu: psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik; behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel, pasif dan penurut terhadap stimulus lingkungan; psikologi humanistik yang muncul dengan menampilkan gambaran manusia yang berbeda dengan gambaran manusia dari psikoanalisis maupun behaviorisme yakni berupa gambaran manusia sebagai makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan.
            Koswara (1991:109) menyatakan bahwa kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan yang  berlainan jenis di lingkungan keluarga ataupun di loingkungan kehidupan masyarakat.
2.2. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud: Id, Ego, dan Superego
a. Konsep Id
            Freud (1980:xxxiii) menyatakan bahwa Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah: yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan-keinginan yang direpresi. Id menjadi bahan dasar bagi pembentukan psikis lebih lanjut dan tidak terpengaruh oleh kontrol pihak ego dan prinsip realitas.
            Koswara (1991:32) mengatakan bahwa Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan.
            Id memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah tindakan-tindakan refleks, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang mekanisme kerjanya otomatis dan segera. Serta adanya pada individu merupakan bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer, yakni suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit (Koswara, 1991:33). Freud menambahkan bahwa pikiran autistic atau angan-angan sangat diwarnai oleh pengaruh proses primer, gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyatan yang dikenal Id.
            Jadi, Id merupakan sistem yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia . Id tidak membutuhkan perintah dari sistem yang lainnya karena Id akan bekerja secara otomatis.
b. Konsep Ego
            Menurut Freud (1980:xxxiii), ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya dengan dunia luar. Aktifitasnya bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Ego seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, tugas ego adalah untuk mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan konflik-konflik dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok satu sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan dikerjakan. Masih menurut Freud (dalam Koswara, 1991:34), ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
            Menurut Koswara (1991:33-34), ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyatan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Jadi dalam hal ini, ego merupakan alat pengarah menuju dunia objek dan menjalankan prinsipnya berdasarkan kenyataan dan merupakan hasil persinggungan dengan dunia luar atau realitas kehidupan.

c. Konsep Superego
            Menurut Freud (1980:xxxiii), superego dibentuk dengan melalui proses internalisasi dari nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figure yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Menurut Koswara (1991:34-35) fungsi utama superego adalah sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat; menagrahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan; dan mendorong individu kepada kesempurnaan.
           
C. METODE PENELITIAN
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
            Dalam penelitian ini, metode yang dipakai adalah metode hermeneutika. Metode hermeneutika adalah metode yang lebih menitikberatkan pada penafsiran pembaca terhadap karya sastra yang dibacanya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa karya sastra merupakan penyampaian pesan kepada pembaca yang bermedium bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Penafsiran disampaikan lewat bahasa, bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak makna yang tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan (Ratna, 2007:45).
            Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data yang dianalisis dalam penelitian kualitatif tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Meleong, 1998:3).
            Sedangkan, pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu: pengarang, karya sastra, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra (Ratna, 2007:61).


2.      Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah sebuah novel yang berjudul Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2005 dengan tebal buku 180 halaman. Nayla adalah novel pertama Djenar dengan tema yang masih sama dengan karya-karyanya yaitu eksploitasi seks dan perempuan.

3.      Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah teks dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang lebih dititikberatkan pada teks yang berhubungan dengan tokoh dan penokohan serta alur cerita dan konflik-konflik yang terjadi di dalam novel tersebut sehingga apa yang menjadi pokok penelitian ini tercapai, yaitu menganalisis psikologi tokoh utama Nayla melalui teori Psikoanalisis Sigmund Freud.

4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini Menggunakan teknik dokumentasi dan telaah pustaka. Teknik dokumentasi digunakan karena data yang diperoleh dari sumber data oleh peneliti dicatat dan dianalisis untuk memudahkan proses penelitian. Sedangkan teknik telaah pustaka digunakan karena penelitian ini bersifat kajian teks. Teknik ini melalui observasi pustaka untuk mencari data dan menelaah berbagai pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data dalam penelitian ini adalah:
  1. Membaca dan memahami novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu
  2. Mencatat data yang sesuai dengan tujaun dan permasalahan dalam penelitian ini
  3. Mengklasifikasi dan menganalisis data yang sudah dicatat



6.      Prosedur Penelitian
Proses penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
  1. Tahap persiapan, meliputi penentuan teori yang akan digunakan, penentuan judul, penentuan metode dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini, studi pustaka dan juga proses bimbingan dengan dosen pengajar.
  2. Tahap pelaksanaan, meliputi pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisis data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
  3. Tahap pelaporan, yaitu berupa penyusunan laporan penelitian.

D. PEMBAHASAN/ ANALISIS DATA
1. Pengaruh Id Terhadap Tokoh Nayla
            Tokoh utama novel Nayla adalah Nayla. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritannya (Nurgiyantoro, 2002:176). Sedangkan menurut Najid (2003:23) tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam suatu cerita.
            Dalam novel Nayla, yang menjadi tokoh utama adalah Nayla, karena tokoh ini merupakan pusat penceritaan dan memiliki peran penting dalam suatu cerita. Tokoh Nayla adalah anak seorang peerkanal terkenal dan ibunya adalah pelacur tingkat atas atau berkelas tinggi dan akhirnya dia menjadi seorang penulis terkenal. Dalam perjalanan hidupnya, Nayla selalu mengalami kesulitan dan dia merasakan betapa sulitnya memperoleh kebahagiaan seperti orang yang lain, hal ini diawali pada masa kecilnya. Hal ini bisa dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Kenapa saya harus terdampar di tempat sunyi ini ketika anak-anak sebaya yang lain sedang tertidur dibalik kehangatan selimut dan bermimpi? Kenapa saya harus mencari rasa aman lewat alcohol ketika anak-anak sebaya yang lain sudah merasa nyaman oleh segelas susu dan sekerat roti?” (hal 3).

Dari kutipan di atas, Nayla memeperoleh rasa aman dan nyaman yang berbeda dengan anak-anak yang lain, Dia memperoleh rasa aman dan nyaman lewat mabuk dan pergi ke diskotek. Meskipun demikian, dia tetap merasa sepi dan hidup sendiri denga segala kesulitan yang menghimpitnya dan dia tetap merasa nestapa walaupun dia lupa karena mabuk. Hal ini terlihat dari kutipan novel di bawah ini:
“ Kegaduhan ini, tetap saja terasa sepi…….. tak ada yang terlalu peduli…… hanya ada mabuk yang limbung. Hanya ada limbung yang lupa. Hanya ada lupa yang sejenak membuat bahagia. Tapi bagi saya, lupa tetaplah nestapa” (hal 3).

            Dari dua kutipan di atas, terlihat jelas bagaimana Nayla begitu ingin menjadi seorang anak yang normal yang selalu memperoleh kebahagian dengan cara yang normal dan dia begitu ingin segera lepas dari kesulitan yang selama ini selalau menghimpitnya dan menjalar di sela-sela hidupnya.

2. Pengaruh Ego terhadap Tokoh Nayla
            Sudah dijelaskan di depan bahwa ego adalah system kepribadian yang bertindak sebagai penagruh individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
            Dalam hal ini, Nayla mengalami suatu tekanan batin karena mengalami trauma yang mendalam dalam hidupnya karena perilaku yang dilakukan oleh ibunya terhadap dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya manster. Padahal ia ingin melihat ibu seperti seperti ibu-ibu lain yang biasa dilihatnya di sekolah atau pun di ruang tunggu dokter……Nayla ingin punya ibu, tapi bukan ibunya sendiri.” (hal 2)

Dari kutipan di atas, kita bisa lihat bahwa Nayla tidak ingin punya ibu, dia ingin diperlulakukan seperti anak-anak yang lain, dia ingin dimanja dan disayang dengan cara yang normal, bukan dengan cara disiksa dengan cara ditusuki vaginanya hanya karena ngompol. Karena trauma akan hal itu, Nayla begitu membenci sosok seoarang ibu.
            Nayla adalah seorang perempuan yang menganggap laki-laki itu sebagai binatang dan berotak kerdil. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“Otak laki-laki memang kerdil. Senggama bagi mereka hanya berkisar di seputar kekuatan otot Vagina” kata Juli.
Saya sependapat dengannya. Karena itu saya tak terlalu bangga ketika banyak tamu laki-laki dan juru musik yang lain yang menagku tergila-gila pada saya……. Mereka pasti bangga jika berhasil merobek selaput dara saya. Bodoh…” (hal 3).
Dari kutipan di atas, peneliti mengetahui bahwa Nayla menganggap laki-laki itu bodoh karena hanya menginginkan tubuhnya saja dan menganggap laki-laki itu seperti binatang karena laki-laki berpikiran seks itu hanya pelampiasan nafsu birahi saja.

3. Pengaruh Superego pada Tokoh Nayla
            Telah dijelaskan di depan, superego adalah system kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Nayla selalu merindukan sosok ayah, ketika dia sudah bertemu dengan ayahnya dia ingin berbakti kepadanya dan memberikan sesuatu yang terbaik kepada ayahnya. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ hari ini saya malas sekolah. Saya ingin menunggui Ayah di rumah. Walaupun dokter mengatakan kondisinya membaik, tapi ia masih terlihat lemah…..” (hal 19).

Dari kutipan di atas, terlihat jelas ketika ayahnya sakit dia ingin menunggui ayahnya walaupun dia harus bolos sekolah, karena dia ingin memperoleh kebahagian dan merasa tenang yang selama ini belum pernah dia rasakan ketika bersama ibunya walaupun dia tidak tahu seperti apa kebahagiaan itu yang penting dia merasa tenang. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ tapi saya merasa tenang di rumah ini. Bukan isapan jempol. Buktinya saya berhenti ngompol. Saya tak tahu seperti apa bahagia. Tapi saya yakin, saya sedang mengetuk di depan pintunya….” (hal 20).

            Walaupun trauma karena sering disiksa ibunya, Nayla tetap merindukan ibunya dan menganggapi ibunya adalah perempuan terhebat di dunia ini dan dia tetap mengagumi ibunya. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ saya gak tahu apakah tindaklan menulis surat ini akan memperburuk atau memperbaikai keadaan. Tapi saya gak ada maksud jelek sedikit pun. Saya Cuma ingin mengabari bahwa saya sudah mulai bisa hidup dengan hasil keringat saya sendiri”. (hal 53).
“ ia adalah perempuan terhebat yang pernah saya kenal. Ia laksana matahari yang tak akan pernah terjamah dan terjangkau” (hal 57).

Dari kuitipan di atas, Nayla ingin mengabari ibunya tentang keadaanya karena dia masih merasa dan memerlukan seorang ibu. Selain itu, bagi Nayla ibu adalah sosok yang akan selalu menginspirasi dia dalam mengahadapi setiap kesulitan dan kesendirian dalam hidupnya.

E. SIMPULAN
            Dari hasil penelitian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1.      Id dalam diri Nayla sangat mempengarahi keadaan psikologinya, karena dia selalu merasa sendiri dan selalu mengalami kesulitang yang berkepanjangan walaupan dia sudah berusaha untuk melupakan masa lalunya yang penuh dengan trauma dan siksa.
2.      Ego dalam dirinya telah membuat dirinya begitu membenci ibunya karena trauma akan siksa yang selalu dilakukan oleh ibunya. Selain itu, ego telah menghalangi dirinua untuk bisa menganggap laki-laki sebagai makhluk yang tidak hanya mementingkan seks saja dalam hidupnya.
3.      superego dalam dirinya telah mengantarkan dirinya untuk selalu bangga kepada ibunya dan menganggap ibunya sebagai perempun terhebat dan juga menghargai dan berbuat baik kepada ayahnya walaupun itu cuma singkat.

F. DAFTAR RUJUKAN
Koswara. 1991. Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik. Bandung: Eresco
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: Unversity Press
Nurgiyantoro, Burhan. 1993. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Semi, M. Attar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar