A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Karya
sastra adalah dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang
merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dalam lingkungan pengarang
maupun dari luar lingkungan pengarang dengan daya imajinasi pengarang dalam
mengungkapkan pikiran dan keinginannya. Dapat dikatakan bahwa sastra tidak
terlahir dari kekosongan, tetapi sastra lahir dari tanggapan diri pengarang
ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan. Pengalaman dan refleksi batin
atas hal tersebut terlahir dalam karya sastra (Najid, 2003:9).
Sastra
adalah cermin kehidupan. Sastra merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman
hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan adalah kenyatan
budaya (Damono dalam Najid, 2003:9).
Dalam
pembuatan sebuah karya sastra, pengarang tidak hanya mengandalkan realita
sosial yang diamatinya saja, tetapi pengarang juga melibatkan apa yang
dirasakannya dan apa yang ditafsirkannya tentang kehidupan, dan juga proses
kreatif pengarang yang bersumber dari dalam diri pengarang itu sendiri. Salah
satu contohnya adalah keadaan psikologis pengarang dalam proses pembuatan
karyanya. Hal ini bisa dilihat ketika pembaca sudah menikmati karya sastra dari
seorang pengarang dan menginterpretasikan karya tersebut untuk lebih memahami
pengarang. Karya sastra merupakan ekspresi ambang ketaksadaran penulis atas
pengalaman-pengalaman hidupnya. Dalam kaitan ini karya sastra dapat dipakai
sebagai cermin memendang sisi psikologis pengaranga (Najid, 2003:48-49). Dari
gambaran di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa apa yang disampaikan
penulis dalam karynya merupakan penggambaran dari penulis itu sendiri dan juga
sebagai spionase dari realita sosial yang ada di masyarakat secara umum maupun
masyarakat dalam pengamatan penulis secara khususnya.
Hal
ini juga bisa dilihat dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu. Dalam novel
ini, kita bisa melihat bagaimana sebenarnya keadaan psikologi tokoh utamanya
yang merupakan cerminan dari keadaan psikologi penulis menurut pandangan
peneliti. Hal ini tidak terlepas dari beberapa karya yang dihasilkan oleh
Djenar yang selalu saja berkutat dengan seks, baik novel maupun cerpennya
kebanyakan menceritakan kehidupan seseorang yang selalu terhimpit dengan
masalah seks dan psikologi.
2. Permasalahan
Dalam
novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu, psikologi dan seks adalah dua hal yang
menjadi pokok penceritaan dan menjadi pokok masalah dalam karya tersebut. Dari
batasan masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut:
Bagaimanakah Id, Ego, dan Superego tokoh
Nayla dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu dilihat dari teks dan wacana
yang melingkupinya?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan Id, Ego, dan Superego tokoh
Nayla dalam novel “Nayla” karya Djenar Maesa Ayu dilihat dari teks dan wacana
yang melingkupinya.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapakan mampu memberikan tambahan wawasan kepada pembaca dalam menganalisis
sebuah karya sastra dari sudut psikologi dan menambah serta mengembangkan
kemampuan pembelajaran sastra melalui kegiatan menganalisis sebuah karya
sastra.
5. Definisi Operasional
Pada
penulisan makalah ini,
istilah-istilah yang akan digunakan adalah:
- Id adalah bahan dasar pembentukan bagi pembentukan hidup psikis dan merupakan lapisan psikis paling dasar (Freud, 1980:xxxiii)
- Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengaruh individu kepada objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan (Koswara, 1991:33-34).
- Superego adalah sistem kepribadian yang berisiskan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (Freud, 1980:xxxiii).
B. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
1. Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Penelitian
tentang kajian yang berkaitan dengan teori psikoanalisis pernah dilakukan oleh
Jaafar Abdul Rahim (2004) dengan judul Perjudian Menurut Nazrah Teori
Psikoanalitik Klasik yang mempunyai simpulan bahwa novel ini memiliki
teknik penceritaan yang begitu mudah, dan berbagai kemelut konflik jiwa yang
terjadi pada tokoh utamanya yakni Pak Mat. Pak Mat mengalami berbagai konflik
batin yang terlihat pada kematian orang-orang yang dicintainya dan juga banyak
permasalahan yang harus ia hadapi sendiri, diantaranya perampasan hak tanah
secara paksa yang dilakukan oleh kerajaan dan robohnya rumah miliknya oleh
kakitangan pejabat tanah.
Penelitian
yang berkaitan denngan psikoanalisis juga pernah dilakukan oleh Setyo Yuwono
Sudikan dalam makalahnya yang berjudul Novel Kenanga karya Oka Rusmini:
Suatu Pendekatan Hermeneutik Freudian (2004). Simpulan penelitian ini
adalah tokoh utamanya yaitu Kenanga menglami berbagai konflik batin, kecemasan,
dan konflik psikis, ketidakberdayaannya menghadapi realitas di luar dirinya
(lingkungannya). Namun tidak hanya Kenanga yang mengalaminya, tokoh-tokoh yang
lain pun mengalaminya yang dinalisis melalui Id, Ego, dan Superego.
Yang
berbeda dari penelitian ini adalah fokus peneliti terhadap psikologi tokoh
utama yaitu Nayla dilihat dari psikoanalisis Sigmund Freud.
2. Kerangka Teori
2.1 Teori Psikoanalisis
Teori
psikoanalisis yang dipakai pada penelitian ini mengacu pada konsep Sigmund
Freud tentang kepribadian. Freud mengatakan bahwa kepribadian terbagi atas tiga
aspek, yaitu: Id, Ego, dan Superego yang selalu ada dalam diri
manusia. Perbedaan Id, Ego dan Superego yang membangun struktur akal
pikiran manusia dalam pandangan Freud dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kesadaran dapat disesuaikan dengan sistem persepsi, mengamati, dan menyusun
dunia luar, bawah sadar dapat diberikan kesadaran, manakala sadar dibangun pula
berdasarkan hal-hal yang keluar dari sistem sadar bawah sadar (Sudikan,
2004:3).
Dalam
karya sastra, konflik-konflik yang dialami tokoh-tokohnya merupakan cerminan dari
kehidupan kita sehari-hari yang tidak akan pernah bisa lepas dari rasa bahagia,
senang, sedih, dan juga rasa moral. Demikian juga pada karya sastra atau novel,
yang diungkapkan oleh seorang pengarang adalah sebuah ungkapan kejiwaan yang
tertampung dalam karya-karyanya.
Menurut
Freud (1991:83), kesedihan merupakan suatu proses yang sangat panjang dan
kesulitan, ini diikuti dengan lenyapnya nafsu libido dan objek cinta yang meninggalkannya,
dan diarahkan pada kesulitan yang lebih umum yang dialami oleh setiap orang
saat meninggalkan posisi libido, melankolia juga sering ditimbulkan oleh
kehilangan orang yang dicintainya, meskipun kehilangan tersebut mungkin
disebabkan oleh penolakan atau ditinggalkan, bukan kematian.
Dalam
Koswara (1991:109), Abraham Maslow berpendapat bahwa dalam psikologi terdapat
tiga revolusi yang mempengaruhi pemikiran personologis modern, yaitu:
psikoanalisis yang menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan
konflik-konflik; behaviorisme mencirikan manusia sebagai korban yang fleksibel,
pasif dan penurut terhadap stimulus lingkungan; psikologi humanistik yang
muncul dengan menampilkan gambaran manusia yang berbeda dengan gambaran manusia
dari psikoanalisis maupun behaviorisme yakni berupa gambaran manusia sebagai
makhluk yang bebas dan bermartabat serta selalu bergerak ke arah pengungkapan.
Koswara
(1991:109) menyatakan bahwa kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki adalah suatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan afektif atau ikatan
emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan
yang berlainan jenis di lingkungan
keluarga ataupun di loingkungan kehidupan masyarakat.
2.2. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud:
Id, Ego, dan Superego
a. Konsep Id
Freud
(1980:xxxiii) menyatakan bahwa Id adalah lapisan psikis yang paling dasariah:
yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan (seksual dan agresif) dan
keinginan-keinginan yang direpresi. Id menjadi bahan dasar bagi pembentukan
psikis lebih lanjut dan tidak terpengaruh oleh kontrol pihak ego dan prinsip
realitas.
Koswara
(1991:32) mengatakan bahwa Id adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem
yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak
sebagai penyedia atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem
tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan.
Id
memiliki perlengkapan berupa dua macam proses. Proses pertama adalah
tindakan-tindakan refleks, yakni suatu bentuk tingkah laku atau tindakan yang
mekanisme kerjanya otomatis dan segera. Serta adanya pada individu merupakan
bawaan. Proses yang kedua adalah proses primer, yakni suatu proses yang
melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit (Koswara, 1991:33). Freud
menambahkan bahwa pikiran autistic atau angan-angan sangat diwarnai oleh
pengaruh proses primer, gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat
ini merupakan satu-satunya kenyatan yang dikenal Id.
Jadi,
Id merupakan sistem yang paling dasar yang dimiliki oleh manusia . Id tidak
membutuhkan perintah dari sistem yang lainnya karena Id akan bekerja secara
otomatis.
b. Konsep Ego
Menurut
Freud (1980:xxxiii), ego terbentuk dengan diferensiasi dari Id karena kontaknya
dengan dunia luar. Aktifitasnya bersifat sadar, prasadar, maupun tak sadar. Ego
seluruhnya dikuasai oleh prinsip realitas, tugas ego adalah untuk
mempertahankan kepribadiannya sendiri dan untuk memecahkan konflik-konflik
dengan realitas dan konflik-konflik antara keinginan-keinginan yang tidak cocok
satu sama lain, juga mengontrol apa yang mau masuk kesadaran yang akan
dikerjakan. Masih menurut Freud (dalam Koswara, 1991:34), ego terbentuk pada
struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
Menurut
Koswara (1991:33-34), ego adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai
pengarah individu kepada dunia objek dari kenyatan, dan menjalankan fungsinya
berdasarkan prinsip kenyataan.
Jadi dalam hal ini, ego merupakan alat
pengarah menuju dunia objek dan menjalankan prinsipnya berdasarkan kenyataan
dan merupakan hasil persinggungan dengan dunia luar atau realitas kehidupan.
c. Konsep Superego
Menurut
Freud (1980:xxxiii), superego dibentuk dengan melalui proses internalisasi dari
nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figure yang berperan,
berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru.
Menurut Koswara (1991:34-35) fungsi utama superego adalah sebagai pengendali
dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut
disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat;
menagrahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan
kenyataan; dan mendorong individu kepada kesempurnaan.
C. METODE PENELITIAN
1. Metode dan Pendekatan Penelitian
Dalam
penelitian ini, metode yang dipakai adalah metode hermeneutika. Metode
hermeneutika adalah metode yang lebih menitikberatkan pada penafsiran pembaca
terhadap karya sastra yang dibacanya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
karya sastra merupakan penyampaian pesan kepada pembaca yang bermedium bahasa,
baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Penafsiran disampaikan lewat bahasa,
bukan bahasa itu sendiri. Karya sastra perlu ditafsirkan sebab di satu pihak
karya sastra terdiri atas bahasa, di pihak lain, di dalam bahasa sangat banyak
makna yang tersembunyi atau dengan sengaja disembunyikan (Ratna, 2007:45).
Penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Data yang dianalisis dalam
penelitian kualitatif tidak berupa angka-angka, tetapi berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor
dalam Meleong, 1998:3).
Sedangkan,
pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan psikologis. Pendekatan
psikologis pada dasarnya berhubungan dengan tiga gejala utama, yaitu:
pengarang, karya sastra, dan pembaca dengan pertimbangan bahwa pendekatan
psikologis lebih banyak berhubungan dengan pengarang dan karya sastra (Ratna,
2007:61).
2. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah sebuah
novel yang berjudul Nayla karya Djenar Maesa Ayu. Novel ini diterbitkan
oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2005 dengan tebal buku 180 halaman. Nayla
adalah novel pertama Djenar dengan tema yang masih sama dengan karya-karyanya
yaitu eksploitasi seks dan perempuan.
3. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah teks
dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu yang lebih dititikberatkan pada teks
yang berhubungan dengan tokoh dan penokohan serta alur cerita dan
konflik-konflik yang terjadi di dalam novel tersebut sehingga apa yang menjadi
pokok penelitian ini tercapai, yaitu menganalisis psikologi tokoh utama Nayla
melalui teori Psikoanalisis Sigmund Freud.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini Menggunakan teknik
dokumentasi dan telaah pustaka. Teknik dokumentasi digunakan karena data yang
diperoleh dari sumber data oleh peneliti dicatat dan dianalisis untuk
memudahkan proses penelitian. Sedangkan teknik telaah pustaka digunakan karena
penelitian ini bersifat kajian teks. Teknik ini melalui observasi pustaka untuk
mencari data dan menelaah berbagai pustaka yang berhubungan dengan penelitian
ini.
5. Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data dalam penelitian
ini adalah:
- Membaca dan memahami novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu
- Mencatat data yang sesuai dengan tujaun dan permasalahan dalam penelitian ini
- Mengklasifikasi dan menganalisis data yang sudah dicatat
6. Prosedur Penelitian
Proses penelitian yang dilakukan sebagai
berikut:
- Tahap persiapan, meliputi penentuan teori yang akan digunakan, penentuan judul, penentuan metode dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini, studi pustaka dan juga proses bimbingan dengan dosen pengajar.
- Tahap pelaksanaan, meliputi pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisis data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
- Tahap pelaporan, yaitu berupa penyusunan laporan penelitian.
D. PEMBAHASAN/ ANALISIS DATA
1. Pengaruh Id Terhadap Tokoh Nayla
Tokoh
utama novel Nayla adalah Nayla. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan
penceritannya (Nurgiyantoro, 2002:176). Sedangkan menurut Najid (2003:23) tokoh
utama adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam suatu cerita.
Dalam
novel Nayla, yang menjadi tokoh utama adalah Nayla, karena tokoh ini merupakan
pusat penceritaan dan memiliki peran penting dalam suatu cerita. Tokoh Nayla
adalah anak seorang peerkanal terkenal dan ibunya adalah pelacur tingkat atas
atau berkelas tinggi dan akhirnya dia menjadi seorang penulis terkenal. Dalam
perjalanan hidupnya, Nayla selalu mengalami kesulitan dan dia merasakan betapa
sulitnya memperoleh kebahagiaan seperti orang yang lain, hal ini diawali pada
masa kecilnya. Hal ini bisa dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Kenapa saya harus terdampar di tempat sunyi ini
ketika anak-anak sebaya yang lain sedang tertidur dibalik kehangatan selimut
dan bermimpi? Kenapa saya harus mencari rasa aman lewat alcohol ketika
anak-anak sebaya yang lain sudah merasa nyaman oleh segelas susu dan sekerat
roti?” (hal 3).
Dari kutipan di atas, Nayla memeperoleh rasa aman
dan nyaman yang berbeda dengan anak-anak yang lain, Dia memperoleh rasa aman
dan nyaman lewat mabuk dan pergi ke diskotek. Meskipun demikian, dia tetap
merasa sepi dan hidup sendiri denga segala kesulitan yang menghimpitnya dan dia
tetap merasa nestapa walaupun dia lupa karena mabuk. Hal ini terlihat dari
kutipan novel di bawah ini:
“ Kegaduhan ini, tetap saja terasa sepi…….. tak
ada yang terlalu peduli……
hanya ada mabuk yang limbung. Hanya ada limbung yang lupa. Hanya ada lupa yang
sejenak membuat bahagia. Tapi bagi saya, lupa tetaplah nestapa” (hal 3).
Dari
dua kutipan di atas, terlihat jelas bagaimana Nayla begitu ingin menjadi
seorang anak yang normal yang selalu memperoleh kebahagian dengan cara yang
normal dan dia begitu ingin segera lepas dari kesulitan yang selama ini selalau
menghimpitnya dan menjalar di sela-sela hidupnya.
2. Pengaruh Ego terhadap Tokoh Nayla
Sudah
dijelaskan di depan bahwa ego adalah system kepribadian yang bertindak sebagai
penagruh individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya
berdasarkan prinsip kenyataan.
Dalam
hal ini, Nayla mengalami suatu tekanan batin karena mengalami trauma yang
mendalam dalam hidupnya karena perilaku yang dilakukan oleh ibunya terhadap
dirinya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan novel di bawah ini:
“Rasa sakit di hatinya pun masih kerap menusuk
setiap kali melihat sosok ibu tak ubahnya manster. Padahal ia ingin melihat ibu
seperti seperti ibu-ibu lain yang biasa dilihatnya di sekolah atau pun di ruang
tunggu dokter……Nayla ingin punya ibu, tapi bukan ibunya sendiri.” (hal 2)
Dari kutipan di atas, kita bisa lihat bahwa Nayla
tidak ingin punya ibu, dia ingin diperlulakukan seperti anak-anak yang lain,
dia ingin dimanja dan disayang dengan cara yang normal, bukan dengan cara
disiksa dengan cara ditusuki vaginanya hanya karena ngompol. Karena trauma akan
hal itu, Nayla begitu membenci sosok seoarang ibu.
Nayla
adalah seorang perempuan yang menganggap laki-laki itu sebagai binatang dan
berotak kerdil. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“Otak laki-laki memang kerdil. Senggama bagi
mereka hanya berkisar di seputar kekuatan otot Vagina” kata Juli.
Saya sependapat dengannya. Karena itu saya tak
terlalu bangga ketika banyak tamu laki-laki dan juru musik yang lain yang
menagku tergila-gila pada saya……. Mereka pasti bangga jika berhasil merobek
selaput dara saya. Bodoh…” (hal 3).
Dari kutipan di atas, peneliti mengetahui bahwa
Nayla menganggap laki-laki itu bodoh karena hanya menginginkan tubuhnya saja
dan menganggap laki-laki itu seperti binatang karena laki-laki berpikiran seks
itu hanya pelampiasan nafsu birahi saja.
3. Pengaruh Superego pada Tokoh Nayla
Telah
dijelaskan di depan, superego adalah system kepribadian yang berisikan
nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk).
Nayla selalu merindukan sosok ayah, ketika dia sudah bertemu dengan ayahnya dia
ingin berbakti kepadanya dan memberikan sesuatu yang terbaik kepada ayahnya.
Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ hari ini saya malas sekolah. Saya ingin
menunggui Ayah di rumah. Walaupun dokter mengatakan kondisinya membaik, tapi ia
masih terlihat lemah…..” (hal 19).
Dari kutipan di atas, terlihat jelas ketika
ayahnya sakit dia ingin menunggui ayahnya walaupun dia harus bolos sekolah,
karena dia ingin memperoleh kebahagian dan merasa tenang yang selama ini belum
pernah dia rasakan ketika bersama ibunya walaupun dia tidak tahu seperti apa
kebahagiaan itu yang penting dia merasa tenang. Hal ini terlihat dari kutipan
di bawah ini:
“ tapi saya merasa tenang di rumah ini. Bukan
isapan jempol. Buktinya saya berhenti ngompol. Saya tak tahu seperti apa
bahagia. Tapi saya yakin, saya sedang mengetuk di depan pintunya….” (hal 20).
Walaupun
trauma karena sering disiksa ibunya, Nayla tetap merindukan ibunya dan
menganggapi ibunya adalah perempuan terhebat di dunia ini dan dia tetap
mengagumi ibunya. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:
“ saya gak tahu apakah tindaklan menulis surat ini
akan memperburuk atau memperbaikai keadaan. Tapi saya gak ada maksud jelek
sedikit pun. Saya Cuma ingin mengabari bahwa saya sudah mulai bisa hidup dengan
hasil keringat saya sendiri”. (hal 53).
“ ia adalah perempuan terhebat yang pernah saya
kenal. Ia laksana matahari yang tak akan pernah terjamah dan terjangkau” (hal
57).
Dari kuitipan di atas, Nayla ingin mengabari
ibunya tentang keadaanya karena dia masih merasa dan memerlukan seorang ibu.
Selain itu, bagi Nayla ibu adalah sosok yang akan selalu menginspirasi dia
dalam mengahadapi setiap kesulitan dan kesendirian dalam hidupnya.
E. SIMPULAN
Dari
hasil penelitian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Id dalam diri Nayla sangat mempengarahi
keadaan psikologinya, karena dia selalu merasa sendiri dan selalu mengalami
kesulitang yang berkepanjangan walaupan dia sudah berusaha untuk melupakan masa
lalunya yang penuh dengan trauma dan siksa.
2. Ego dalam dirinya telah membuat dirinya
begitu membenci ibunya karena trauma akan siksa yang selalu dilakukan oleh
ibunya. Selain itu, ego telah menghalangi dirinua untuk bisa menganggap
laki-laki sebagai makhluk yang tidak hanya mementingkan seks saja dalam
hidupnya.
3. superego dalam dirinya telah mengantarkan
dirinya untuk selalu bangga kepada ibunya dan menganggap ibunya sebagai
perempun terhebat dan juga menghargai dan berbuat baik kepada ayahnya walaupun
itu cuma singkat.
F. DAFTAR RUJUKAN
Koswara.
1991. Teori-Teori Kepribadian: Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik.
Bandung: Eresco
Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa
Fiksi. Surabaya: Unversity Press
Nurgiyantoro,
Burhan. 1993. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ratna,
Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Semi, M. Attar. 1993. Metode Penelitian Sastra.
Bandung: Angkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar