TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2013
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
Tujuan
Pendidikan……………………………………………………..(1)
Aliran-Aliran
Pendidikan……………………………………………...(3)
Pendidikan
Formal…………………………………………………….(4)
Pendidikan Non Formal dan
Informal………………………………...(6)
Pendidikan Manusia
Seutuhnya………………………………………(8)
Pendidikan Seumur
Hidup…………………………………………....(9)
Pendidikan Orang Dewasa
(Andragogi)……………………………...(12)
TUJUAN PENDIDIKAN
Pendidikan
memiliki definisi yang sangat luas dan dapat dilihat dari berbagai sudut.
·
Definisi Umum : Pendidikan dapat diartikan
sebagai Suatu metode untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan
sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi lebih baik.
·
Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pendidikan
adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara dan pembuatan mendidik.
Dasar
Pendidikan
Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Hal ini lebih penting dikedepankan supaya tidak menjadi masyarakat berpendidikan yang tidak punya dasar pendidikan sehingga tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila kesempurnaan hidup tidak tercapai berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Dasar atau landasan pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap belajar apa-apa yang tidak ditemui di sekolah. Hal ini lebih penting dikedepankan supaya tidak menjadi masyarakat berpendidikan yang tidak punya dasar pendidikan sehingga tidak mencapai kesempurnaan hidup. Apabila kesempurnaan hidup tidak tercapai berarti pendidikan belum membuahkan hasil yang menggembirakan. Dasar atau landasan pendidikan dapat dilihat dari berbagai segi yaitu :
·
Al-qur’an.
Al-qur’an merupakan pedoman tertinggi yang
manjadi petunjuk dan dasar kita hidup di dunia. Dalam Al-qur’an kita bisa
menemukan semua permasalahan hidup termasuk pendidikan dan ilmu pengetahuan.
·
Hadist
Hadist merupan pedoman kita setalah Al-qur’an, dengan demikian hadist juga merupakan dasar atau elemen dalam pendidikan.
Hadist merupan pedoman kita setalah Al-qur’an, dengan demikian hadist juga merupakan dasar atau elemen dalam pendidikan.
Tujuan
Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia. Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum.
Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia. Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum.
1
Tujuan
Pendidikan Dalam Islam
Tujuan pendidikan islam adalah mendekatkan diri
kita kepada Allah dan pendidikan islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih
luas pendidikan islam bertujuan untuk:
·
Pembinaan Akhlak
·
Penguasaan Ilmu
·
Keterampilan bekerja dalam masyarakat
·
Mengembangkan akal dan Akhlak
·
Pengajaran Kebudayaan
·
Pembentukan kepribadian
·
Menghambakan diri kepada Allah
·
Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan
akhirat.
Tujuan
Pendidikan Secara Umum
Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
Tujuan pendidikan secara umum dapat dilihat sebagai berikut:
1. Tujuan pendidikan terdapat dalam UU No2 Tahun 1985 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.
2.Tujuan
Pendidikan nasional menurut TAP MPR NO II/MPR/1993 yaitu Meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja profesional
serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa
patriotik dan memepertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat
kebangsaan dan kesetiakawaan sosial, serta kesadaran pada sejarah bangsa dan
sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan.
3.TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
3.TAP MPR No 4/MPR/1975, tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokratis dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945.
2
ALIRAN-ALIRAN
PENDIDIKAN
Pengertian
aliran pendidikan
Aliran-aliran pendidikan adalah
pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan. Aliran-aliran
pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok
manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
kehidupan yang lebih baik dari orang tuanya. Didalam berbagai kepustakaan tentang
aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai
dari aman yunani kuno sampai sekarang.
Macam-macam
aliran pendidikan
Macam-macam aliran pendidikan itu
hanya dibatasi pada beberapa rumpun aliran klasik saja, yaitu:
1.
Aliran empirisme
Aliran
empirisme bertolak dari lockean tradition yang mementingkan stimulasi eksternal
dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung
pada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan.
2.
Aliran nativisme
Aliran nativisme
bertolak dari Leibnitzion Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak,
sehingga factor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh
terhadap perkembangan anak.
3.
Aliran naturalisme
Pandangan yang
ada persamaannya dengan nativisme adalah aliran naturalism yang dipelopori oleh
seorang filsuf prancis J.J Rousseau. Berbeda dengan Schopenhauer, Rousseau
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan buruk.
Menurut
teori konvergensi
a.
Pendidikan mungkin untuk dilaksanakan
b. Pendidikan di artikan sebagai
pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan
potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang baik dan mencegah
berkembangnya potensi yang kurang baik.
c. Yang mengatasi hasil pendidikan
adalah pembawaan dan lingkungan.
3
PENDIDIKAN FORMAL
Pengertian pendidikan formal
Pendidikan jalur formal adalah
kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar
sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk didalamnya adalah
kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan
latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.
Manfaat dan
fungsi pendidikan:
1.
Melatih
Kemampuan Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar)
2.
Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan
Disiplin
3. Memperkenalkan Tanggung Jawab
4. Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan
5. Sebagai Identitas Diri
6. Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas
Karakteristik
Proses Pendidikan
Ada
beberapaKrateristik proses pendidikan yang berlangsung di sekolah yaitu;
- Pendidikandiselengarakansecarakhususdandibagiatasjenjang yang memilikihubunganhierarki
- Usiaanakdidik di suatujenjangpendidikan relative homogen.
- Waktupendidikanrelatif lama sesuaidengan program pendidikan yang harusdiselesaikan.
- Materiatauisipendidikanlebihbanyakbersifatakademisdanumum.
- Adanyapenekanantentangkualitaspendidikansebagaijawabankebutuhandimasa yang akandatang.
Satuan
Penyelenggaraan Pendidikan
1.
TK (Taman kanak-kanak)
adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6
tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal.
2. SD (Sekolah Dasar)
adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari
kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa.
Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat).
4
3.
SMP (Sekolah Menengah Pertama)
(disingkat SMP, Bahasa Inggris: junior
high school) adalah jenjang pendidikan dasar
pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah
dasar (atau sederajat). Sekolah
menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas
9.
4. SMA (Sekolah Menengah Atas)
(disingkatSMA; bahasaInggris: Senior High School), adalahjenjangpendidikanmenengahpadapendidikan
formal di Indonesiasetelah lulus SekolahMenengahPertama (atausederajat).
Sekolahmenengahatasditempuhdalamwaktu 3 tahun, mulaidarikelas 10 sampai kelas
12.
5.
Perguruan tinggi
adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi
disebut dosen.
Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua:
· Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi
yang diselenggarakan oleh pemerintah.
· Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi
yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
· Pengelolaandanregulasiperguruantinggi di
Indonesia dilakukanoleh KementerianPendidikanNasional.
RektorPerguruanTinggiNegerimerupakanpejabateselon di bawahMenteriPendidikanNasional.
· Selainitujugaterdapatperguruantinggi yang
dikelolaolehkementerianataulembagapemerintahnonkementerian yang
umumnyamerupakanperguruantinggikedinasan, misalnyaSekolahTinggiAkuntansi Negara yang dikelolaolehKementerianKeuangan.
· Selanjutnya, berdasarkanundang-undang yang
berlaku, setiapperguruantinggi di Indonesia harusmemilikiBadanHukumPendidikan yang berfungsimemberikanpelayanan
yang adildanbermutukepadapesertadidik, berprinsipnirlaba,
dandapatmengeloladanasecaramandiriuntukmemajukanpendidikannasional.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan Proses Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
proses belajar mengajar dapat dibedakan menjadi 2 faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal diantaranya adalah sebagai berikut :
-
Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa individu yang sedang belajar.
- Faktor eksternal adalah faktor yang berasal
dari luar individu yang belajar.
Faktor internal
meliputi minat, jasmani, intelegensi, pengelolaan diri yang tepat, motivasi dan
kesehatan.
5
Fungsi Pendidikan Berdasarkan
Asas-asas Tanggung jawab
Sebagai pendidikan yang bersifat
formal, sekolah mencari fungsi pendidikan berdasarkan asas-asas tanggungjawab:
- Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini undang-undang pendidikan UUSPN nomor 20 tahun 2003.
- Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat pendidikan kepadanya masyarakat oleh masyarakat dan bangsa.
- Tanggungjawab fungsional ialah: Tanggungjawab professional pengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan ini berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatannya. Tanggungjawab ini merupakan pelimpahan tanggungjawab dan kepercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari para guru.
PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
Pendidikan Non Formal
Pengertian Pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur,
dengan sadar (sengaja) dilakukan tetapi tidak terlalu ketat mengikuti
peraturan-peraturan yang tetap/ tidak terikat oleh jenjang pendidikan seperti pendidikan formal di sekolah. Tujuan
terpenting dari pendidikan non formal adalah program-program yang ditawarkan
kepada masyarakat harus sejalan dengan program-program pembangunan yang
dibutuhkan oleh masyarakat banyak.
Pendidikan non
formal juga berarti suatu kegiatan pendidikan di luar keluarga dan di luar
sekolah yang kegiatan-kegiatannya ditujukan kepada :
1. Anak-anak
yang belum pernah sekolah.
2. Anak-anak
yang meninggalkan pendidikan SD/ SLTP dan tidak meneruskan sekolah lagi (di
bawah umur 18 tahun).
3. Orang-orang
dewasa (adult education)
4. Anak-anak
di bawah umur 18 tahun yang memerlukan re-edukasi.
5. Orang-orang
dewasa yang memerlukan re-edukasi.
6. Masyarakat
sebagai satu lingkungan budaya (comunity education).
6
Macam-macam pendidikan itu dapat dikelompokkan
sebagai program kegiatan pendidikan luar sekolah yang terorganisir yaitu :
1.Pendidikan
masyarakat adalah pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, termasuk
pemuda di luar batas umur tertinggi kewajiban belajar, dan dilakukan di luar
lingkungan dan sistem pengajaran sekolah biasa.
2.Pendidikan
kemasyarakatan adalah konfirmasi antara kedewasaan yang diwakili pendidik dan
kebelum dewasaan yang diwakili oleh anak didik yang berdiri sendiri. Atau
dikatakan sebagai pendidikan yang meliputi bagian pendidikan yang mempersiapkan
anak-anak untuk tugasnya sebagai penghasil dan sebagai pemakai.
3. Pendidikan rakyat
adalah tindakan-tindakan pendidikan atau pengaruh yang kadang-kadang mengenai
seluruh rakyat, tetapi biasanya khusus mengenai rakyat lapisan bawah.
4. Mass Education adalah pendidikan yang diberikan ke orang dewasa di luar sekolah, yang
bertujuan memberikan kecakapan baca tulis dan pengetahuan umum untuk dapat
mengikuti perkembangan dan kebutuhan hidup sekelilingnya. Dalam hal ini termasuk pula
latihan-latihan untuk mendidik calon pemimpin yang akan mempelopori pelaksanaan
usahanya di dalam masyarakat.
5. Adult education (pendidikan orang dewasa) adalah usaha atau
kegiatan yang pada umumnya dilakukan dengan kemauan sendiri (bukan dipaksa dari
atas) oleh orang dewasa, termasuk pemuda di luar batas tertinggi masa kewajiban
belajar dan dilangsungkan di luar lingkungan sekolah biasa.
6. Extention education adalah kegiatan pendidikan yang dilaksanakan
di luar lingkungan sekolah biasa, diselenggarakan oleh perguruan-perguruan
tinggi untuk mengimbangi hasrat masyarakat yang ingin menjadi peserta aktif dlm
pergolakan jaman.
7. Fundamental
education adalah menolong
masyarakat untuk mencapai kemajuan sosial ekonomi agar dengan demikian mereka
dapat menduduki tempat yang layak dalam dunia modern.
Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang
diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman dalam hidup sehari-hari dengan sadar
atau tidak sadar, sejak seorang lahir sampai ke liang kubur di dalam lingkungan
keluarga, masyarakat atau dalam lingkungan pekerjaan sehari-hari. Contoh
pengemudi becak. Bagi pengemudi becak, jelas tidak ada pendidikan formalnya.
Jika seseorang pertama kali mencoba mengemudi (mengendalikan becak), ia akan
menemui kesulitan.
7
PENDIDIKAN MANUSIA
SEUTUHNYA
Pengertian
Pendidikan Manusia Seutuhnya
Manusia utuh berarti adalah sosok manusia yang
tidak parsial, fragmental. Apalagi split personality. Utuh artinya adalah
lengkap, meliputi semua hal yang ada pada diri manusia. Manusia menuntut
terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, akal, fisik dan psikisnya. Berdasarkan
pikiran dimikian dapat diuraikan konsepsi manusia seutuhnya ini secara mendasar
yakni mencakup pengertian sebagai berikut:
1.
Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek
yang berkembang.2.
2.
Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai
subyek yang sadar nilai yang menghayati dan yakin akan cita-cita dan tujuan
hidupnya.
Pendidikan
manusia seutuhnya, pada dasarnya merupakan tujuan yang hedak dicapai dalam
konsep Value Education atau General Education yakni:
1)
manusia yang memiliki wawasan menyeluruh tentang segala aspek kehidupan, serta
2)
memiliki kepribadian yang utuh. Istilah menyeluruh dan utuh merupakan dua
terminologi yang memerlukan isi dan bentuk yang disesuaikan dengan konteks
sosial budaya dan keyakinan suatu bangsa yang dalam bahasa lain pendidikan yang
dapat melahirkan:
a)
pribadi yang dapat bertaqarrub kepada Allah dengan benar, dan b) layak hidup
sebagaimanusia.
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan bersama antar keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil pemerintah. Patut diingat bahwa pembentukan jati diri manusia utuh berada pada tataran afeksi, dan pembelajarannya dunia afeksi hanya akan berhasil apabila dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri tauladan dari orang dewasa.
Untuk dapat menghasilkan manusia yang utuh, diperlukan suri tauadan bersama antar keluarga, masyarakat, dan guru di sekolah sebagai wakil pemerintah. Patut diingat bahwa pembentukan jati diri manusia utuh berada pada tataran afeksi, dan pembelajarannya dunia afeksi hanya akan berhasil apabila dilakukan melalui metode pelakonan, pembiasaan, dan suri tauladan dari orang dewasa.
Pendidikan Manusia Seutuhnya
Prinsip pendidikan menusia seutuhnya berlangsung seumur
hidup didasarkan atas berbagai landasan yang meliputi :
8
1.
Dasar-Dasar
Filosofis
Filosofis hekekat kodrat martabat
manusia merupakan kesatuan integralsegi-segi(potensi-potensi): (esensial):
Manusia sebagai makhluk pribadi (individualbeing),Manusia sebagai makhluk social
(sosialbeing), Menusia sebagai makhluk susila (moralbeing).
2.
Dasar-Dasar
Psikofisis
Merupakan dasar-dasar kejiwaan dan
kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan bahwa pribadi manusia
merupakan kesatuan antara potensi-potensi dan kesadaran rohaniah baik dari segi
pikis, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani.
3.
Dasar-Dasar
Sosial Budaya
Meskipun manusia adalah makhluk
ciptaan tuhan namun manusia terbina pula oleh tata nilai sosio-budaya
sendiri.Inilah segi-segi buhaya bangsa dan sosio psikologis manusia yang wajar
diperhatikan oleh pendidikan.
Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya
Tujuan
untuk pendidikan manusia seutuhnya dengan kodrat dan hakekatnya, yakni seluruh
aspek pembawaannya seoptimal mungkin.
Adapun
aspek pembawaan(potensi
manusia)meliputi:
- Potensi jasmani, yaitu fisiologis dan
pancaindra
- Potensi rohaniah, yaitu psikologis dan budi
nurani.
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dasar-dasar
pendidikan seumur hidup
Prinsip pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung seumur
hidup didasarkan atas sebagai landasan yang meliputi:
a.Dasar-dasar filosofis
Bahwa
sesungguhnya secara filosofis hakekat kodrat martabat manusia merupakan
kesatuan integral segi-segi atau potensi-potensi (essensia):
9
1. Manusia sebagai makhluk pribadi
2.
Manusia sebagai makhluk social
3.
Manusia sebagai makhluk susila
b. Dasar-dasar
psikofisis
Yang dimaksud dasar-dasar psikofisis ialah
dasar-dasar kejiwan dan kejasmanian manusia. Realitas psikofisis manusia menunjukkan,
bahwa pribadi manusia merupakan kesatuan antara:
1.
Potensi-potensi dan kesadaran rokhaniah baik
segi pikiran, rasa, karsa, cipta, maupun budi nurani.
2.
Potensii-potensi dan kesadaran jasmaniah yakni
jasmani yang sehat dengan pancaindra yang normal yang secara fisiologis bekerja
sama dengan system syaraf dan kejiwaan
3.
Potensi-potensi psikifisis ini juga barada di
dalam suatu lingkungan hidupnya baik alamiah maupun social-budaya
d. Dasar-dasar sosio-budaya
Meskipun manusia adalah makhluk ciptaan tuhan
yang merupakan bagian dari umat manusia dan alam semesta, namun manusia
Indonesia terbina pula oleh tata nilai sosio-budayanya sendiri. Segi-segi
sosio-budaya bangsa mencakup:
1.
Tata nilai warisan budaya bangsa yang mencakup
yang menjadi filsafat rakyatnya
2.
Nilai-nilai filsafat negaranya
3.
Nilai-nilai budaya dan tradisi bangsanya
4.
Tata kelembagaan dalam hidup kemasyarakatan dan
kenegaraan baik yang non formal maupun yang fomal.
Tujuan dari pendidikan seumur hidup
Tujuan
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
1. Mengembangkan potensi kepribadian
manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yakni seluruh aspek pembaurannya
seoptimal mungkin.
2. Dengan meningat proses pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian manusia bersifat hidup dinamis, maka pendidikan
wajar berlangsung seumur hidup.
10
Implikasi dari pendidikan seumur
hidup
Sebagai
salah satu kebijakan yang mendasar dalam memandang hakekat pendidikan manusia
dapat dijelaskan segi implikasi ini sebagai berikut:
a. pengertian implikasi
ialah
akibat langsung atau konsekuensi dari suatu keputusan.
b. segi-segi implikasi dari konsepsi
pendidikan manusia seutuhnya dan seumur hidup:
1.
Manusia seutuhnya sebagai subyek dikatakan sasaran didik.
2.
proses berlangsungnya pendidikan, yakni seumur hidup manusia
Isi yang didikan, antara lain:
1. potensi jasmani dan panca indera
2. potensi pikir
3. potensi perasaan
4. potensi karsa
5. potensi-potensi cipta
6. potensi karya
7. potensi budi nurani
Lembaga-lembaga yang terkait dengan
pendidikan seumur hidup
Lembaga-lembaga
yang terkait dengan pendidikan seumur hidup, antara lain:
a. lembaga pelaksana dan wahana
pendidikan
1. dalam lingkungan rumah tangga,
sebagai unit masyarakat pertama dan utama
2. dalam lingkungan sekolah, sebagai
lembaga pendidikan formal
3. dalam lingkungan msyarakat,
sebagai lembaga dan lingkungan pendidikan non formal
b. lembaga penanggung jawab
pendidikan mencakup kwajiban dan kerjasama tiga lembaga yang wajar dalam
kehidupan.
11
PENDIDIKAN ORANG DEWASA (ANDRAGOGI)
Pengertian
Andragogi
Andragogi berasal dari dua kata dalam
bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin.
Dapat juga dikatakan bahwa andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan
seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar (Knowles:1980). Sedangkan istilah
lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi",
yang ditarik dari kata "paid"
artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka
dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau
pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Perbedaan
antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
a. Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
a. Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
b.
Ciri psikologis, individu
yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung dengan oranglain,
bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko, mampu mengambil keputusan
merupakan ciri orang dewasa.
c. Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder.
c. Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder.
Beberapa defenisi Pendidikan Orang Dewasa,
menurut :
A. UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
A. UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
12
B. Bryson,
menyatakan bahwa pendidikan orang dewasa adalah semua aktifitas pendidikan yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan
sebagian waktu dan tenaganya untuk mendapatkan tambahan intelektual.
C. Reeves,et al, pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya.
C. Reeves,et al, pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk pengembangan diri yang dilakukan individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan bidang utama kegiatannya.
Karakteritik Pendidikan Orang Dewasa
- Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
- Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri.
- Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu.
- Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar.
- Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa.
- Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan.
- Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
- Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal, keputusan dan perwujudan diri.
- Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan keterbatasan waktu untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu.
- Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri orang dewasa untuk kembali belajar.
- Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa.
- Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan.
13
Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasinya
- Konsep Diri
- Konsep Diri
konsep diri yang dimiliki orang dewasa berbeda dengan konsep diri
anak. Jika konsep diri anak bahwa dirinya tergantung dengan orang lain. Orang
dewasa telah mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri) untuk belajar.
Implikasi :
a. Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Seperti : ruangan, kursi, meja dan sejenisnya disusun sesuai keinginan orang dewasa. Dengan demikian diharapkan terciptanya kenyamanan belajar.
a. Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Seperti : ruangan, kursi, meja dan sejenisnya disusun sesuai keinginan orang dewasa. Dengan demikian diharapkan terciptanya kenyamanan belajar.
b. Pelajar dilibatkan
dalam proses merancang perencanaan belajar.
c. Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar jika hal yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Pengalaman
c. Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih terlibat dan termotivasi untuk belajar jika hal yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan mereka.
- Pengalaman
pengalaman
yang dimiliki merupakan akibat dari masa mudanya. Seiring berjalannya waktu
maka pengalaman yang dimilikinya pun semakin banyak.
Implikasi :
a. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman mereka, seperti melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis, simulasi dll.
Implikasi :
a. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman mereka, seperti melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis, simulasi dll.
b. Penekanan pada
proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalan konsep baru pengajar memberikan penjelasan
melalui pengalaman yang berasal dari pelajar itu sendiri.
Kesiapan Untuk Belajar,
Kesiapan belajar yang dimiliki individu sebagai akibat
dari peranan sosial yang dimilikinya. Havinghurts
(1953) membagi masa dewasa menjadi tiga, yaitu : masa dewasa awal (18-30
tahun), dewasa madya (30-55 tahun), dewasa akhir (lebih dari 55 tahun). Dan
membagi 10 peranan sosial yaitu sebagai pekerja, kawan, orangtua, kepala rumah tangga, anak, warga Negara,
anggota organisasi, rekan kerja, anggota keagamaan, pemakai waktu luang.
14
Implikasi :
a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan urutan mata pelajaran atau kebutuhan lembaga.
a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan urutan mata pelajaran atau kebutuhan lembaga.
b. Konsep mengenai tugas perkembangan orang dewasa memberikan
petunjuk dalam belajar kelompok.
- Orientasi Terhadap Belajar
- Orientasi Terhadap Belajar
Orang dewasa cenderung mempunyai perspektif
untuk secepatnya mengaplikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Pendidikan bagi orang dewasa dipandang sebagai
suatu proses untuk meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah hidup yang
ia hadapi.
Implikasi :
a. pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan sebagai guru yang mengajar materi.
b. Kurikulum POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi pada masalah.
c. Karena orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka juga.
a. pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan sebagai guru yang mengajar materi.
b. Kurikulum POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi pada masalah.
c. Karena orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka juga.
Fungsi
Dasar
Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.
Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa.
Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program tidaklah begitu penting.
Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.
Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa.
Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program tidaklah begitu penting.
15
Tujuan
Pendidikan Orang Dewasa
Houle (1972), menggambarkan enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
Bergeivin mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan hubungan interpersonalnya
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi orang dewasa yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar.
Houle (1972), menggambarkan enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
Bergeivin mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan hubungan interpersonalnya
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi orang dewasa yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar.
Alasan
pentingnya berpikir filsafat dalam pendidikan orang dewasa, karena
1. Perlu acuan pertanyaan dalam menetapkan
program yang akan datang.
2. Seringkali pendidik merasa hanya menjadi
bagian kecil pada suatu lembaga besar, sehingga ia memandang lembaga menjadi
sumber acuannya.
3. Perlu landasan pendidikan untuk menilai
keterkaitan antar masalah/personal.
4. Pendidik perlu
melihat keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengan aktifitas masyarakat.
5. Berpikir filsafat yang dikembangkan dengan baik dapat
menyiapkan pendidik.
Prinsip Belajar Untuk Orang Dewasa
Menurut Hommonds
Terdapat 4 prinsip belajar yang
dapat digunakan untuk mempercepat proses perubahan perilaku pelajar, yaitu :
16
1. Prinsip
latihan (praktik), ketika kita telah menerima materi dan melakukan
aktifitas yang konkrit dan juga yang
tidak nyata seperti aktifitas penggunaan indera, susunan syaraf dan pusat
susunan syaraf. Pelajar akan terdorong untuk mengaplikasikan ilmu yang ia
terima sebelumnya. Hal ini akan
mempercepat perkembangan dan perubahan kualitas pelajar.
2. Prinsip hubungan, Kejadian atau pengalaman dimasa lampau dapat dijadikan pedoman untuk meramalkan akibat atau hasil yang akan mungkin akan terjadi dari suatu proses.
3. Prinsip akibat, Dalam pendidikan orang dewasa, emosi, perasaan, lingkungan belajar, hingga pendidik yang memberikan materi sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidak tercapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pendidik yang peka terhadap kepuasan pelajar yang berkaitan dengan segala hal yang berkaitan dengan proses belajar pendidikan orang dewasa. Dengan adanya kepuasan diharapkan pelajar dapat mencapai keberhasilan dan tujuan pembelajaran.
2. Prinsip hubungan, Kejadian atau pengalaman dimasa lampau dapat dijadikan pedoman untuk meramalkan akibat atau hasil yang akan mungkin akan terjadi dari suatu proses.
3. Prinsip akibat, Dalam pendidikan orang dewasa, emosi, perasaan, lingkungan belajar, hingga pendidik yang memberikan materi sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidak tercapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, sangat diperlukan pendidik yang peka terhadap kepuasan pelajar yang berkaitan dengan segala hal yang berkaitan dengan proses belajar pendidikan orang dewasa. Dengan adanya kepuasan diharapkan pelajar dapat mencapai keberhasilan dan tujuan pembelajaran.
4. Prinsip kesiapan, Kesiapan diri pelajar akan
menentukan manfaat yang dapat diperoleh dari proses belajar. Baik fisik maupun
mental pembelajar sangat mempengaruhi proses
pembelajaran. Dengan adanya kesiapan mental dan fisik diharapkan pelajar
dapat mencurahkan seluruh perhatiannya pada materi yang sedang dihadapi. Dengan
demikian diharapkan, pelajar
dapat memaksimalkan usaha pencapaian dan dapat mengatasi rintangan belajar,
agar dapat berprestasi.
17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar