KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT,
karena atas rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Pengantar Pendidikan yang mengenai “Pendidikan Orang Dewasa”
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
dari Matakuliah Pengantar Pendidikan yang digunakan sebagai perhitungan nilai
penulis dalam Matakuliah ini.
Selama penyusunan makalah ini, penulis telah memperoleh bantuan,
bimbingan, petunjuk serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengahaturkan rasa syukur dan terima kasih kepada:
1.
Allah SWT
dan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk
menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat.
- Dr.Rulam Ahmadi, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini
- Semua teman-teman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan program studi Matematika UNISMA semester 1,dan semua pihak-pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu –satu.
Penulis sangat menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi kami dalam
menyelesaikan tugas-tugas berikutnya.
Malang, 8 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................1
Daftar
Isi..............................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
Latar
Belakang……………………………….……………………….3
BAB II: PEMBAHASAN
Pendidikan Orang Dewasa (ANDRAGOGI)
1. Pengertian
Andragogi…………………………………..........................4
2. Karakteristik
Pendidikan
Orang Dewasa..........................................................................................6
3. Beberapa
asumsi dasar dan implikasinya.............................................................................................7
4. Fungsi
Dasar.............................................................................................9
5. Tujuan
Pendidikan Orang Dewasa……………………………………...9
6. Pertimbangan Filosofis Dalam
Pendidikan Orang Dewasa……………………………………………..10
7.
Prinsip
Belajar Untuk Orang Dewasa
Menurut Hommonds……………………………………………………11
BAB III: PENUTUP
A.
Saran……………………………………………………………………12
B.
Kesimpulan……………………………………………………………..13
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..14
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesadaran
bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri (process of becoming
person) bukan proses untuk dibentuk (process of beings haped) menurut kehendak
orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa kegiatan belajar harus melibatkan
individu atau client dalam proses pemikiran: apa yang mereka inginkan, apa yang
dilakukan, menentukan dan merencanakan serta melakukan tindakan apa saja yang
perlu untuk memenuhi keinginan tersebut. Inti dari pendidikan adalah menolong
orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur urusan
kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan matang, dengan mempertimbangkan
bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.
Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang
pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam
kehidupannnya.
Tentu saja untuk menghadapi peserta pendidikan
yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan suatu strategi dan
pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku
sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan
Pedagogis. Dalam praktek
"pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan
seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok
dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan
"pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan
pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan
Orang Dewasa" (Adult Education).
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The
Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar
yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi"
makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
BAB II
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
(ANDRAGOGI)
1. Pengertian Andragogi
Andragogi berasal
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos
berarti memimpin. Dapat juga dikatakan bahwa andragogi merupakan suatu ilmu (science)
dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar (Knowles:1980).
Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan sebagai
perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan
"agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian
secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing
atau memimpin atau mengajar anak.
Perbedaan antara
anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
a. Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan
a. Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan
kurang dari 16 tahun masih disebut
anak-anak.
b. Ciri psikologis, individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung
b. Ciri psikologis, individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu tergantung
dengan oranglain, bertanggung jawab,
mandiri, berani mengambil resiko, mampu
mengambil keputusan merupakan ciri orang
dewasa.
c. Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin
c. Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda kelamin
sekunder.
Karena pengertian pedagogi adalah seni
atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah
pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena
mengandung makna yang bertentangan. Pada awalnya, bahkan hingga sekarang,
banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada
orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara
yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi
pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang
dewasa.
Namun karena orang dewasa sebagai individu
yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi
yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri
yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan
seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner
Centered Training / Teaching)
Beberapa defenisi
Pendidikan Orang Dewasa, menurut :
A. UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan
A. UNESCO(Townsend Coles, 1977), pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan
proses pendidikan yang
diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal
dan
tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah,
akademi
dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa
oleh
masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,
meningkatkan
kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada
sikap
dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan
partisipasi dalam
pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
Defenisi diatas menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial.
Defenisi diatas menekankan pencapaian perkembangan individu dan peningkatan partisipasi sosial.
B. Bryson, menyatakan bahwa pendidikan
orang dewasa adalah semua aktifitas pendidikan
yang dilakukan oleh orang dewasa dalam
kehidupan sehari-hari yang hanya
menggunakan sebagian waktu dan tenaganya
untuk mendapatkan tambahan intelektual.
C. Reeves,et al, pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk
C. Reeves,et al, pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk
pengembangan diri yang dilakukan individu
tanpa paksaan legal, tanpa usaha menjadikan
bidang utama kegiatannya.
2.
Karakteritik Pendidikan Orang Dewasa
- Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
- Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar
- Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
- Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk belajar
karena
ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara personal,
keputusan dan perwujudan diri.
- Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap
- Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan terhadap
permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki.
Menyebabkan keterbatasan
waktu untuk belajar. Penting bagi
pendidik orang dewasa untuk memiliki sensitifitas
dan memahami adanya
persaingan penggunaan waktu.
- Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali.
- Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar kembali.
Kepercayaan – kepercayaan yang tidak
benar tentang belajar, usia lanjut dan faktor fisik
juga dapat meningkatkan ketidakpercayaan diri
orang dewasa untuk kembali belajar.
- Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan
- Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para pemuda. Dan
hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan
yang positif yang dapat dimanfaatkan melalui
pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar
orang dewasa.
- Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi
- Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi
dalam benak seseorang yang melibatkan
kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang
dewasa melalui pengalaman-pengalaman
belajar makna belajar diberikan.
3. Beberapa
Asumsi Dasar dan Implikasinya
- Konsep Diri
- Konsep Diri
konsep diri yang dimiliki orang
dewasa berbeda dengan konsep diri anak. Jika konsep diri anak bahwa dirinya
tergantung dengan orang lain. Maka, konsep diri orang dewasa adalah tidak lagi
tergantung namun, telah dapat mengambil keputusan, mampu mengatur diri sendiri.
Oleh sebab itu, orang dewasa perlu perlakuan yang sifatnya menghargai,
terkhusus pada pengambilan keputusan. Orang dewasa juga akan menolak apabila
kondisi belajar berbeda dengan konsep diri yang ia miliki. Orang dewasa telah
mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri) untuk belajar.
Implikasi :
a. Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Seperti : ruangan,
a. Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Seperti : ruangan,
kursi, meja dan sejenisnya disusun
sesuai keinginan orang dewasa. Dengan
demikian diharapkan terciptanya
kenyamanan belajar.
b. Pelajar dilibatkan dalam proses merancang perencanaan belajar.
c. Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih
b. Pelajar dilibatkan dalam proses merancang perencanaan belajar.
c. Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih
terlibat dan termotivasi untuk
belajar jika hal yang akan dipelajari sesuai dengan
kebutuhan
mereka.
- Pengalaman
- Pengalaman
Perbedaan
pengalaman yang dimiliki merupakan akibat dari masa mudanya.
Seiring
berjalannya waktu maka pengalaman yang dimilikinya pun semakin banyak.
Implikasi :
a. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman mereka,
Implikasi :
a. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman mereka,
seperti
melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis, simulasi dll.
Dengan
demikian akan lebih banyak keterlibatan diri pada proses belajar.
b. Penekanan pada proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalan
b. Penekanan pada proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan pengenalan
konsep baru pengajar memberikan penjelasan
melalui pengalaman yang berasal
dari pelajar itu sendiri.
-
Kesiapan Untuk Belajar,
Kesiapan belajar yang dimiliki individu
sebagai akibat dari peranan sosial yang
dimilikinya. Havinghurts (1953)
membagi masa dewasa menjadi tiga, yaitu : masa
dewasa awal (18-30 tahun), dewasa madya
(30-55 tahun), dewasa akhir (lebih dari 55
tahun). Dan membagi 10 peranan sosial yaitu
sebagai pekerja, kawan, orangtua,
kepala rumah tangga, anak, warga Negara,
anggota organisasi, rekan kerja, anggota
keagamaan, pemakai waktu
luang.
Implikasi :
a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan
Implikasi :
a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan
urutan mata pelajaran atau kebutuhan lembaga.
b. Konsep mengenai tugas perkembangan orang dewasa memberikan petunjuk dalam
belajar kelompok.
- Orientasi Terhadap Belajar
- Orientasi Terhadap Belajar
Orang dewasa cenderung mempunyai perspektif
untuk secepatnya
mengaplikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Pendidikan bagi orang dewasa
dipandang sebagai suatu proses untuk
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan
masalah hidup yang
ia hadapi.
Implikasi :
a. pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan sebagai
Implikasi :
a. pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan sebagai
guru yang mengajar materi.
b. Kurikulum POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi
b. Kurikulum POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi
pada masalah.
c. Karena orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang
c. Karena orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang
dirancang didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan
perhatian mereka
juga
4.
Fungsi Dasar
Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.
Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa.
Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program tidaklah begitu penting.
Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling, perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan mengevaluasi hasil.
Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan pendidik orang dewasa.
Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program tidaklah begitu penting.
5.
Tujuan Pendidikan Orang Dewasa
Houle (1972), menggambarkan enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
Bergeivin mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan hubungan
Houle (1972), menggambarkan enam orientasi yang dipegang oleh pendidik orang dewasa, yaitu :
1. Memusatkan pada tujuan.
2. Memenuhi kebutuhan dan minat.
3. Menyerupai sekolahan.
4. Menguatkan kepemimpinan.
5. Mengembangkan lembaga pendidikan orang dewasa.
6. Meningkatkan informalisasi.
Bergeivin mengemukakan tujuan pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
a. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
b. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan hubungan
interpersonalnya
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses
c. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
d. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan proses
pematangan
secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi orang
e. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan bagi orang
dewasa
yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar.
6.
Pertimbangan Filosofis Dalam Pendidikan Orang Dewasa
Berpikir filosofis sangat berguna untuk “Mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Filsafat berkenaan dengan rangkaian panjang yang berkelanjutan dari common sense manusia disatu pangkal dan akhir cara berpikir filosofis disuatu ujung yang mungkin tak terhingga. Pemikiran filsafat sebagi suatu proses tidak pernah berakhir, sama seperti lifelong education bagi orang dewasa. Kadangkala common sense tidak cukup untuk menjadi penyusun kebijaksanaan pendidikan jangka panjang, maka common sense dalam cara berpikir filosofis perlu untuk diperbaiki dan dijernihkan secara terus menerus, dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan pendekatan filosofis.
Berpikir filosofis sangat berguna untuk “Mengetahui prinsip-prinsip apa yang harus atau yang akan dilakukan”. Filsafat berkenaan dengan rangkaian panjang yang berkelanjutan dari common sense manusia disatu pangkal dan akhir cara berpikir filosofis disuatu ujung yang mungkin tak terhingga. Pemikiran filsafat sebagi suatu proses tidak pernah berakhir, sama seperti lifelong education bagi orang dewasa. Kadangkala common sense tidak cukup untuk menjadi penyusun kebijaksanaan pendidikan jangka panjang, maka common sense dalam cara berpikir filosofis perlu untuk diperbaiki dan dijernihkan secara terus menerus, dapat dilakukan dengan pendekatan ilmiah dan pendekatan filosofis.
Pendekatan ilmiah dengan menentukan masalah spesifik pendidikan dan membatasi variable setepat mungkin. Kemudian menentukan hubungan antar variable untuk memperoleh jawaban yang tepat. Kita harus mencegah variable luar lain mempengaruhi hasil penelitian.
Pendekatan filosofis merupakan cara pandang yang kompleks. Yang didapat dari berbagai sumber pemikiran, yaitu common sense, tradisi, ilmu pengetahuan hidup, sosial dan sejarah. Pendekatan ini untuk memecahkan masalah berdimensi luas.
Alasan pentingnya
berpikir filsafat dalam pendidikan orang dewasa, karena
1. Perlu acuan pertanyaan dalam menetapkan
program yang akan datang.
2. Seringkali pendidik merasa hanya menjadi
bagian kecil pada suatu lembaga besar,
sehingga
ia memandang lembaga menjadi sumber acuannya.
3. Perlu landasan pendidikan untuk menilai
keterkaitan antar masalah/personal.
4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara
pendidikan orang dewasa dengna aktifitas
masyarakat.
5.
Berpikir filsafat yang dikembangkan dengan baik dapat
menyiapkan pendidik.
7.
Prinsip Belajar Untuk Orang Dewasa Menurut Hommonds
Terdapat 4 prinsip belajar yang dapat
digunakan untuk mempercepat proses perubahan
perilaku pelajar, yaitu :
1. Prinsip latihan (praktik), ketika kita telah menerima materi dan melakukan aktifitas yang
1. Prinsip latihan (praktik), ketika kita telah menerima materi dan melakukan aktifitas yang
konkrit dan juga yang tidak nyata seperti
aktifitas penggunaan indera, susunan syaraf dan
pusat susunan syaraf. Pelajar akan
terdorong untuk mengaplikasikan ilmu yang ia terima
sebelumnya.
Hal ini akan mempercepat perkembangan dan perubahan kualitas pelajar.
2. Prinsip hubungan, Kejadian atau pengalaman dimasa lampau dapat dijadikan pedoman
2. Prinsip hubungan, Kejadian atau pengalaman dimasa lampau dapat dijadikan pedoman
untuk meramalkan akibat atau hasil yang
akan mungkin akan terjadi dari suatu proses.
Menghubungkan pengalaman baru dengan
pengalaman terdahulu.
3. Prinsip akibat, Dalam pendidikan orang dewasa, emosi, perasaan, lingkungan belajar,
3. Prinsip akibat, Dalam pendidikan orang dewasa, emosi, perasaan, lingkungan belajar,
hingga pendidik yang memberikan materi
sangat mempengaruhi keberhasilan atau tidak
tercapainya keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Oleh karena itu, sangat diperlukan
pendidik yang peka terhadap kepuasan
pelajar yang berkaitan dengan segala hal yang
berkaitan dengan proses belajar pendidikan
orang dewasa. Dengan adanya kepuasan
diharapkan pelajar dapat mencapai
keberhasilan dan tujuan pembelajaran.
4. Prinsip kesiapan, Kesiapan diri pelajar akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh
4. Prinsip kesiapan, Kesiapan diri pelajar akan menentukan manfaat yang dapat diperoleh
dari proses belajar. Baik fisik maupun
mental pembelajar sangat mempengaruhi proses
pembelajaran. Dengan adanya kesiapan mental
dan fisik diharapkan pelajar dapat
mencurahkan seluruh perhatiannya pada
materi yang sedang dihadapi. Dengan demikian
diharapkan, pelajar dapat memaksimalkan usaha
pencapaian dan dapat mengatasi
rintangan belajar, agar dapat berprestasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Saran
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, maka dalam proses belajar harus memperhatikan elemen-elemen:
1. Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri
2. Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif.
3. Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar
4. Merencanakan pola pengalaman belajar
5. Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang
Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, maka dalam proses belajar harus memperhatikan elemen-elemen:
1. Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri
2. Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif.
3. Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar
4. Merencanakan pola pengalaman belajar
5. Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang
memadai.
6. Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini
6. Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar. Ini
adalah model proses.
Karena ini merupakan pendidikan untuk orang dewasa maka guru, pengajar atau pembimbing lebih berperan sebagai fasilitator untuk mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan masalah secara nyata.
Semua aktifitas didalam kegiatan belajar haruslah dibicarakan bersana warga belajar, karena sifat dari orang dewasa (matang) mempunyai sifat mapu mengarahkan diri sendiri dan setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam melakukannya, jadi apa yang dilakukan dalam kegiatan belajar haruslah merupakan kesepakatan bersama.
B.
Kesimpulan
Teori Belajar Adragogi dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik (siswa-mahasiswa-peserta) adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa. Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya.
Teori Belajar Adragogi dapat diterapkan apabila diyakini bahwa peserta didik (siswa-mahasiswa-peserta) adalah pribadi-pribadi yang matang, dapat mengarahkan diri mereka sendiri, mengerti diri sendiri, dapat mengambil keputusan untuk sesuatu yang menyangkut dirinya. Andragogi tidak akan mungkin berkembang apabila meninggalkan ideal dasar orang dewasa sebagai pribadi yang mengarahkan diri sendiri. Yang menjadi tolok ukur sebuah kedewasaan bukanlah umur, namun sikap dan perilaku, sebab tidak jarang orang yang sudah berumur, namun belum dewasa. Memang, menjadi tua adalah suatu keharusan dan menjadi dewasa adalah sebuah pilihan yang tidak setiap individu memilihnya seiring dengan semakin lanjut usianya.
DAFTAR PUSTAKA
Suprijanto, H. 2007. Pendidikan orang dewasa; dari teori
hingga aplikasi. Jakarta : Bumi Aksara
Yusnadi. 2002. Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Negeri Medan.
Yusnadi. 2002. Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan : Program Pascasarjana Universitas Sumatera Negeri Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar